Monday, 12 August 2019

Jadi Berakal Tahap Perkembangan Adab Penerima Didik


Sebelumnya saya sudah membahas wacana bagaimana memahami abjad siswa sekolah dasar, tugas guru tentu sangat penting untuk menjadi contoh alasannya yakni hal ini juga berkaitan jikalau kita mau mencermati pengaruh atau tanggapan kesulitan belajar yang dialami siswa. Karena itulah dikala ini kita bahas secara detail wacana perkembangan penerima didik.

Perkembangan kemampuan Intelektual beserta ciri-cirinya, maka berbeda hal dengan satu ini meski satu nada namun ini pada perkembangan sopan santun penerima didik

Tahap Perkembangan sopan santun berdasarkan Kohlberg terdiri dari 3 tingkat, yang masing-masing tingkat terdapat 2 tahap, yaitu:

A. Tingkat Pra Konvensional


Tingkat Pra Konvensional (Moralitas Pra-Konvensional) yaitu sikap anak tunduk pada kendali eksternal:

  1. Orientasi pada kepatuhan dan eksekusi anak melaksanakan sesuatu semoga memperoleh hadiah (reward) dan tidak menerima eksekusi (punishment)
  2. Relativistik Hedonism anak tidak lagi secara mutlak tergantung hukum yang ada. Mereka mulai menyadari bahwa setiap insiden bersifat relative, dan anak lebih berorientasi pada prinsip kesenangan. Menurut Mussen, dkk. Orientasi sopan santun anak masih bersifat individualistis, egosentris dan konkrit.

B. Tingkat Konvensional


Tingkat Konvensional (Moralitas Konvensional) fokusnya terletak pada kebutuhan social (konformitas).

  1. Orientasi mengenai anak yang baik anak memperlihatkan perbuatan yang sanggup dinilai oleh orang lain.
  2. Mempertahankan norma2 sosial dan otoritas menyadari kewajiban untuk melaksanakan norma-norma yang ada dan mempertahankan pentingnya keberadaan norma, artinya untuk sanggup hidup secara harmonis, kelompok sosial harus mendapatkan peraturan yang telah disepakati bersama dan melaksanakannya

C. Tingkat Post-Konvensional


Tingkat Post-Konvensional (Moralitas Post-konvensional) individu mendasarkan evaluasi sopan santun pada prinsip yang benar secara inheren.

  1. Orientasi pada perjanjian antara individu dengan lingkungan sosialnya pada tahap ini ada hubungan timbal balik antara individu dengan lingk sosialnya, artinya bila seseorang melaksanakan kewajiban yang sesuai dengan tuntutan norma social, maka ia berharap akan mendapatkan tunjangan dari masyarakat.
  2. Prinsip Universal pada tahap ini ada norma etik dan norma langsung yang bersifat subjektif. Artinya: dalam hubungan antara seseorang dengan masyarakat ada unsur-unsur subjektif yang menilai apakah suatu perbuatan itu baik atau tidak baik; bermoral atau tidak bermoral. Disini diperlukan norma etik yang sifatnya universal sebagai sumber untuk memilih suatu sikap yang bekerjasama dengan moralitas.

Adapun kelebihan dan kekurangan teori berguru kognitif sebagai berikut:
1. Kelebihan:

  • Menjadikan siswa lebih kreatif dan mandiri.
  • Membantu siswa memahami materi berguru secara lebih mudah.

2. Kekurangan:

  • Teori ini tidak menyeluruh untuk semua tingkat pendidikan.
  • Sulit dipraktikkan, khususnya di tingkat lanjut.
  • Beberapa prinsip, menyerupai intelegensi, sulit dipahami dan pemahamannya masih belum tuntas.

Referensi: www.gurusd.net

No comments:

Post a Comment