Makalah Pendekatan Agama. Sejak Islam menjadi sorotan dan kajian para orientalisme Barat remaja ini, fakta empiris yang dihadapi oleh sebagian besar ummat islam dibelahan dunia ialah munculnya sebuah polemik dan problem (masalah) dalam memahami otentisitas anutan Islam dan orisinalitas wahyu sebagai sumber kebenaran universal. Sehingga realitas yang muncul ialah fenomena keberagamaan masyarakatnya mengalami pergeseran bahkan kemunduran yang cukup signifikan, terbukti dengan banyaknya fakta realis ummat Islam dalam kontek aplikatif keagamaan dan sosial cenderung mengenyampingkan aspek-aspek esensi anutan agamanya.
Oleh alasannya ialah itu mempelajari Islam secara komprehensif dan terintegral ialah menjadi hal yang mutlak wajib bagi penganutnya. Mengingat akar dari kesesatan dan minimnya pengamalan anutan Islam ialah alasannya ialah Ummatnya kurang memahami Islam dengan seluruh konsep ajarannya sebagai agama yang membawa maslahat bagi seluruh ummat insan bukan hanya bagi penganutnya, melainkan bersifat universal dan operasionalisasi tuntunannya fungsional dalam konteks waktu dan kondisi yang tidak terbatas.
Berangkat dari kondisi di atas, kalangan ilmuwan, peneliti-peneliti agama dan pemerhati Studi Agama, telah melaksanakan upaya pendekatan terhadap fenomena agama yang dianggap cukup strategis saat sebuah anutan agama ingin dicari lokus nilai-nilai kebenarannya. Karena pendekatan tersebut menguak hal-hal yang paling esensi dari tradisi-tradisi keberagamaan yang bisa jadi selama ini hanya sebatas fenomena ritualitas pemeluknya tanpa pernah dikuak apakah makna dan maksud yang tersembunyi dari perintah maupun larangan Allah SWT. Meski secara de facto, ajaran-ajaran yang disampaikan melalui Al-Qur’an dan As-sunnah tidak terbantahkan, namun pesan dan petunjuk yang ada harus bisa ditangkap dan dicerna secara baik dan rasional bila hal-hal yang transenden sekalipun didekati dan dipahami secara fenomenologis.
Hal ini memunculkan aneka macam macam cara pandang, pendekatan, metode dan seni administrasi untuk bisa memahami dan mencari sebuah konsep pemahaman yang dianggap paling pas dan ideal bagi sebuah bangunan doktrin agama Islam, relevan dengan kebutuhan ummat Islam sendiri dan selanjutnya bisa mengantarkan cara pandang yang strategtis, komplek, terintegral dan syarat makna.
Namun sayangnya pendekatan-pendekatan yang ada justru masih bersifat parsial, sempit, terkotak dan hampir tidak menyentuh integralitas anutan alasannya ialah hanya berbicara dan meneliti agama dalam satu topik dan cara pandang tertentu. Dalam hal ini pendekatan-pendekatan tersebut antaranya Pendekatan teologis normatif merupakan upaya memahami agama dengan memakai kerangka Ilmu Ketuhanan yang bertolak dari suatu doktrin bahwa wujud empirik dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.
Pendekatan antropologis, memandang dan memahami agama dengan cara melihat wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dalam artian cara-cara yang dipakai dalam disiplin ilmu antropologi dalam melihat suatu duduk kasus dipakai pula untuk memahami agama. Selanjutnya ialah pendekatan sosiologis, ilmu ini menggambarkan ihwal keadaan masyarakat lengkap dengan struktur, lapisan serta aneka macam tanda-tanda sosial lainnya yang saling berkaitan.
Cara kerja ilmu inilah yang dipakai dalam mengungkap hikmah-hikmah yang terdapat dalam pesan-pesan wahyu yang masih belum spesifik. Selanjutnya ialah pendekatan historis, yang mengajak seseorang menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang akan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam empiris dan historis. Pendekatan ini dalam memahami agama diharapkan terutama alasannya ialah agama turun berkaitan dengan situasi yang nyata dan erat hubungannya dengan kondisi sosial masyarakat.
Pendekatan ini mengajak seseorang untuk memasuki keadaan yang merupakan penerapan suatu peristiwa. Pendekatan kebudayaan, sesuai dengan makna budaya sebagai hasil daya cipta insan maka budaya telah dipakai sebagai blue print kerangka pola memecahkan duduk kasus yang dihadapi. Adapun untuk memahami agama, agama dalam hal ini tampil dalam bentuk formal yang menggenjala dalam masyarakat. Pendekatan psikologi, dipakai untuk mengetahui tingkat keagamaan yang dihayati, dipahami dan diamalkan sesorang juga sanggup dipakai sebagai alat untuk memasukkan agama ke dalam jiwa seseorang sesuai dengan tingkat usianya.
Dan Fenomenologi sendiri ialah suatu bentuk pendekatan keilmuan yang berusaha mencari hakekat atau esensi dari apa yang ada di balik segala macam bentuk manifestasi agama dalam kehidupan insan di bumi.
Langkah Operasional Fenomenologi Agama
Setidaknya ada enam langkah atau tahapan pendekatan fenomenologi dalam studi agama yang ditawarkan oleh Geradus Van der Leeuw dalam bukunya “Religion in essence and manifestation: A study in phenomenology of religion”:
- Mengklasifikasikan fenomena keagamaam dalam kategorinya masing-masing ibarat kurban, sakramen, tempat-tempat suci, waktu suci, kata-kata atau goresan pena suci, ekspo dan mitos. Hal ini dilakukan untuk sanggup memahami nilai dari masing-masing fenomena.
- Melakukan interpolasi dalam kehidupan eksklusif peneliti, dalam arti seorang peneliti dituntut untuk ikut membaur dan berpartisipasi dalam sebuah keberagamaan yang diteliti untuk memperoleh pengalaman dan pemahaman dalam dirinya sendiri.
- Melakukan “epochè” atau menunda evaluasi (meminjam istilah Husserl) dengan cara pandang yang netral.
- Mencari hubungan struktural dari isu yang dikumpulkan untuk memperoleh pemahaman yang holistik ihwal aneka macam aspek terdalam suatu agama.
- Tahapan-tahapan tersebut berdasarkan Van der Leeuw secara alami akan menghasilkan pemahaman yang orisinil berdasarkan “realitas” atau manifestasi dari sebuah wahyu.
- Fenomenologi tidak berdiri sendiri (operate in isolation) akan tetapi berafiliasi dengan pendekatan-pendekatan yang lain untuk tetap menjaga objektivitas.
Makalah Pendekatan Agama
No comments:
Post a Comment