Friday, 13 September 2019

Jadi Berilmu Model Pembelajaran Contextual Teaching And Learning


Pengertian Model Pembelajaran CTL. Menurut Trianto (2009:107), model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL) ialah konsep mencar ilmu yang membantu guru mengaitkan antara bahan yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat korelasi antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari – hari dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran kontekstual, yakni: konstruktivisme (constructivism), bertanya (questioning),inkuiri ( inquiry), masyarakat mencar ilmu (learning community), pemodelan (modelling), dan penilaian autentik (autenthic assessment).

Sedangkan berdasarkan Rusman (2012:190), model pembelajaran CTL merupakan suatu model pembelajaran yang memperlihatkan akomodasi kegiatan mencar ilmu siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman mencar ilmu yang lebih bersifat nyata (terkait dengan kehidupan nyata) melalui keterlibatan kegiatan siswa dalam mencoba, melakukan, dan mengalami sendiri.

Berdasarkan kedua pendapat diatas sanggup disimpulkan bahwa model pembelajaran CTL ialah suatu konsep mencar ilmu yang membantu guru untuk mengaitkan antara bahan yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa sehingga memperlihatkan akomodasi mencar ilmu siswa untuk mencari, mengolah, dan menemukan pengalaman mencar ilmu yang lebih bersifat nyata melalui keterlibatan kegiatan siswa dengan melibatkan tujuh komponen pembelajaran kontekstual (kontruktivisme, bertanya, inkuiri, masyarakat belajar, pemodelan, dan penilaian autentik).

Dengan demikian kiprah guru dalam hal ini ialah membantu siswa mencapai tujuannya dengan cara mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja sama untuk menemukan sesuatu yang gres bagi anggota kelas (siswa) (Riyanto, 2010:160)

Prinsip Model Pembelajaran CTL


Menurut Suprijono (2011:80), prinsip – prinsip dalam model pembelajaran CTL antara lain

  • Prinsip Saling Ketergantungan

Prinsip saling ketergantungan merumuskan bahwa kehidupan ini merupakan suatu sistem, lingkungan mencar ilmu merupakan sistem yang mengintegrasikan banyak sekali komponen pembelajaran dan komponen tersebut saling menghipnotis secara fungsional. Berdasarkan prinsip itu siswa harus berafiliasi menemukan persoalan, merancang rencana dan mencari pemecahan masalah.Sebab dengan berafiliasi akan membantu siswa mencapai keberhasilan, mengingat setiap siswa memiliki kemampuan berbeda dan unik.

  • Prinsip Diferensiasi

Prinsip diferensiasi merujuk pada entitas-entitas yang beraneka ragam dari realitas kehidupan disekitar siswa. Keanekaragaman tersebut mendorong berpikir kritis siswa untuk menemukan korelasi antara entitas-entitas yang bermacam-macam itu.

  • Prinsip Pengaturan Diri

Prinsip pengaturan diri mendorong pentingnya siswa mengeluarkan seluruh potensi yang dimilikinya. Ketika siswa menghubungkan bahan akademik dengan konteks keadaan pribadi mereka, siswa terlibat dalam kegiatan yang mengandung prinsip pengaturan diri,siswa mendapatkan tanggung jawab atas keputusan dan sikap mereka sendiri, menentukan alternatif, membuat ,mengembangkan, informasi, dan secara kritis menilai bukti.

Komponen – Komponen Model Pembelajaran CTL


Menurut Riyanto (2010:169), model pembelajaran CTL terdiri dari tujuh komponen yaitu :

  • Konstruktivisme (constructivism)

Konstruktivisme ialah proses membangun atau menyusun pengetahuan gres dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman (sanjaya, 2011:264). Oleh alasannya ialah itu, siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan permasalahan, menemukan sesuatu yang berkhasiat bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide. Sehingga dalam dalam proses pembelajaran, siswa sanggup membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses mencar ilmu dan mengajar.

  • Menemukan (inquiry)

Dalam pembelajaran kontekstual pengetahuan dan yang diperoleh siswa bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Langkah – langkah kegiatan menemukan yaitu merumuskan masalah, mengamati atau melaksanakan observasi, menganalisis dan menyajikan hasil dalam tulisan, gambar laporan, bagan, tabel, atau karya lainnya dan mengomunikasikan atau menyajikan hasil karya pada pembaca, sahabat sekelas guru, atau audiensi yang lain.

  • Bertanya (Questioning)

Pengetahuan yang dimiliki seseorang, selalu bermula dari bertanya. Oleh alasannya ialah itu, dalam proses pembelajaran bertanya dipandang sebagai kegiatan guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir siswa. Bagi siswa bertanya merupakan penggalan penting dalam melaksanakan pembelajaran.

  • Masyarakat Belajar (Learning Community)

Konsep learning community menyarankan biar hasil pembelajaran diperoleh dari kerjasama dengan orang lain. Hasil mencar ilmu diperoleh dari sharing antar teman, antarkelompok, dan antara yang tahu ke yang belum tahu. Masyarakat mencar ilmu bisa terjadi apabila ada proses komunikasi dua arah antara dua kelompok atau lebih. Kelompok yang terlibat dalam masyarakat mencar ilmu memberi warta yang diharapkan oleh sahabat bicaranya dan sekaligus meminta warta yang diharapkan dari sahabat belajarnya.

  • Pemodelan (Modelling)

Dalam sebuah pembelajaran keterampilan dan pengetahuan tertentu, ada model yang bisa ditiru. Model itu bisa berupa cara mengoperasikan sesuatu, cara melempar bola dalam olahraga, teladan karya tulis, cara melafalkan, atau guru memperlihatkan teladan cara mengejakan sesuatu.

  • Refleksi (Reflection)

Refleksi ialah cara berpikir wacana apa yang gres dipelajari atau berpikir ke belakang wacana apa-apa yang sudah dilakukan di masa yang lalu.
  • Penilaian Sebenarya (Authentic Assessment)

Assessment ialah proses penyampaian banyak sekali data yang memperlihatkan citra perkembangan mencar ilmu siswa. Gambaran wacana perkembangan mencar ilmu diharapkan sepanjang proses pembelajaran, sehingga assessment tidak dilakukan di simpulan periode pembelajaran menyerupai pada kegiatan penilaian hasil mencar ilmu tetapi dilakukan bersama secara terintegrasi dari kegiatan pembelajaran serta data yang dikumpulkan harus diperoleh dari kegiatan nyata yang dilakukan siswa pada ketika proses pembelajaran.

Langkah-Langkah Model Pembelajaran CTL


Menurut Putra (2013:257) langkah – langkah model pembelajaran CTL yakni:

  1. Kembangkan pemikiran bahwa siswa akan mencar ilmu lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri serta mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya.
  2. Laksanakan sejauh mungkin kegitan inkuiri untuk semua topik.
  3. Kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
  4. Ciptakan masyarakat belajar. Hadirkan model sebagai teladan pembelajaran.
  5. Lakukan refleksi di simpulan pertemuan.
  6. Lakukan penilaian yang bekerjsama (anthentic assessment) dengan banyak sekali cara.

Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran CTL


Setiap model pembelajaran memiliki kelebihan dan kelemahan. Demikian pula dengan model pembelajaran CTL.

  • Kelebihan Model Pembelajaran CTL

Menurut Putra (2013:259) kelebihan model pembelajaran CTL yaitu:

  1. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut sanggup menangkap korelasi antara pengalaman mencar ilmu disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting alasannya ialah dengan mengorelasikan bahan yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa bahan itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi bahan yang dipelajarinya akan tertanam akrab dalam memorinya, sehingga tidak gampang dilupakan.
  2. Pembelajaran lebih produktif dan bisa menumbuhkan penguatan konsep pada siswa, alasannya ialah pembelajaran kontekstual menganut aliran konstruktivisme, yakni siswa dituntut menemukan pengetahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis Konstruktivisme siswa diharapkan mencar ilmu melalui “mengalami” bukan “menghafal”.
  3. CTL ialah model pembelajaran yang menekankan pada kegiatan siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
  4. Kelas dalam pembelajaran kontekstual bukan sebagai daerah untuk memperoleh informasi, tetapi sebagai daerah untu menguji data hasil temuan di lapangan.
  5. Materi pelajaran sanggup ditemukan sendiri oleh siswa, bukan hasil derma guru.
  • Kelemahan Model Pembelajaran CTL

Menurut Putra (2013:259) kelemahan model pembelajaran CTL yaitu:

  1. Diperlukan waktu yang cukup usang ketika proses pembelajaran CTL berlangsung.
  2. Jika guru tidak sanggup mengendalikan kelas, maka membuat suasana kelas yang kurang kondusif.
  3. Guru lebih intensif dalam membimbing. Sebab, dalam model CTL, guru tidak lagi berperan sebagai sentra informasi. Tugas guru ialah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang berafiliasi untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang.
  4. Guru memperlihatkan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan ide-ide serta mengajak siswa biar memakai strateginya sendiri dalam belajar. Namun, dalam konteks ini tentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa biar tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diterapkan semula.
  • Upaya Mengatasi Kelemahan Model Pembelajaran CTL

Menurut penulis, upaya untuk mengatasi kelemahan model pembelajaran CTL yaitu:

  1. Rencanakan proses pembelajaran CTL dengan baik, biar tujuan pembelajaran bisa tercapai dan waktu yang disediakan bisa dimaksimalkan.
  2. Guru harus bersikap tegas untuk membuat suasana yang aman dalam melaksanakan proses pembelajaran CTL.
  3. Dalam pembentukan tim/kelompok, bentuk kelompok hidrogen(pandai, kurang pandai, cepat dan lambat memberi tanggapan).
  4. Upayakan siswa sudah mengerti bahan yang sedang dipelajari dan paham akan langkah model CTL yang diterapkan.

Referensi/Pustaka :
Sudjana, Nana. 2009. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung :PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif. Bandung : Alfabeta.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning dan Aplikasi Paikem. Surabaya : Pustaka Pelajar.
Trianto. 2007. Model - Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta : Prestasi Pustaka.

No comments:

Post a Comment