Monday, 25 February 2019

Jadi Arif Pentingnya Proses Pembelajaran Di Lapangan Untuk Semangat Mencar Ilmu Siswa


Seperti yang telah dikemukakan di muka, proses pembelajaran bisa terjadi di mana saja, di dalam atau pun di luar kelas, bahkan di luar sekolah. Proses pembelajaran yang dilakukan di luar kelas atau di luar sekolah, mempunyai arti yang sangat penting untuk perkembangan siswa, lantaran proses pembelajaran yang demikian sanggup memperlihatkan pengalaman eksklusif ke pada siswa, dan pengalaman eksklusif memungkinkan materi pelajaran akan semakin kongkrit dan konkret yang berarti proses pembelajaran akan lebih bermakna.

Proses pembelajaran di lapangan yakni proses pembelajaran yang didesain biar siswa mempelajari eksklusif materi pelajaran pada objek yang sebenarnya, dengan demikian pembelajaran akan semakin nyata. Misalnya, untuk mencapai tujuan pembelajaran: "agar siswa mempunyai kemampuan untuk mendemonstrasikan gaya renang kuru-kupu", mustahil guru mendesain proses pembelajaran hanya dengan memakai ceramah. Bagaimanapun bagusnya guru berceramah, mustahil tujuan semacam itu sanggup dicapai.

baca: cara meningkatkan motivasi berguru siswa

Tujuan pembelajaran yang berkaitan dengan skill, mestinya membutuhkan proses pembelajaran eksklusif di lapangan. Siswa akan sanggup mendemonstrasikan gaya renang seandainya mereka di bawah bimibingan guru melaksanakan praktek eksklusif di bak renang. Inilah hakekat proses pembelajaran di lapangan. Contoh lain, contohnya guru merumuskan tujuan pembelajaran biar siswa trampil mengemudikan kendaraan beroda empat dalam situasi tertentu; biar siswa sanggup menghayati dunia pekerjaan, untuk tujuan yang demikian mustahil guru hanya memakai ceramah di dalam kelas, bukan? Ya untuk mencapai tujuan-tujuan yang demikian diperlukan proses pembelajaran secara eksklusif di lapangan.

Proses pembelajaran secara eksklusif sanggup memperlihatkan pengalaman konkret pada siswa, artinya pengalaman itu akan semakin kongkret, sehingga siswa akan terhindar dari kesalahan persepsi dari pembahasan materi pelajaran tertentu. Misalnya untuk meningkatkan pemahaman siswa akan hewan laut, atau binatang-binatang yang mustahil di bawa ke dalam kelas menyerupai gajah, kerbau dan lain sebagainya, untuk mencapai tujuan senacam ini akan lebih bermakna manakala guru mendesain proses pembelajaran eksklusif di lapangan, dengan menghadapkan siswa pada objek yang sebanarnya. Bukankan untuk mempelajari Candi Borobudur, akan lebih bermakna manakala siswa secara eksklusif pada objek candi tersebut, dibandingkan dengan berguru lewat benda tiruan, apalagi hanya melalui ceramah dalam kelas?

Proses pembelajaran di lapangan sanggup dibedakan antara pembelajaran melalui Praktek Kerja Lapangan atau sering disebut engan PKL dengan pembelajaran dengan memakai metode lapangan menyerupai karyawisata.

Praktik Kerja Lapangan (PKL) biasanya dilakukan oleh siswa untuk lebih memahami dan menghayati lapangan pekerjaan beserta tugas-tugas yang harus dikerjakan di samping menambah skill atau keterampilan dalam pelaksanaan kiprah pekerjaannya. Biasanya PKL dilakukan oleh siswa-siswa sekolah kejuran menjelang selesai studi. PKL dimaksudkan, biar saat siswa lulus dari suatu forum pendidikan tertentu, sudah mengenal lapangan pekerjaannya.

Sedangkan, proses pembelajaran melalui karyawisata, yakni proses pembelajaran dengan membawa siswa mempelajari bahan-bahan (sumber-sumber) berguru di luar kelas, dengan maksud biar siswa lebih memahami serta mempunyai wawasan yang luas perihal materi bimbing yang dipelajarinya di dalam kelas. Banayak istilah yang digunakan, tetapi maksudnya sama dengan karyawisata, menyerupai widyawisata, studytour dan lain sebagainya.

baca: model dan jenis pembelajaran

Prinsip-prinsip pembelajaran di lapangan sama dengan prinsip pembelajaran di laboratorium, bahwa berguru itu bukan hanya mencatat dan menghafal, akan tetapi berguru intinya proses berbuat yang didorong oleh rasa ingin tahu dari siswa.

Manakala guru memakai karyawisata dalam proses pembelajaran di lapangan, maka dalam pelaksanaanya sanggup mengikuti langkah-langkah menyerupai dijelaskan di bawah ini.

1. Perencanaan

  • Rumuskan tujuan karyawisata yang akan dilakukan secara spesifik. Tujuan karyawisata tidak terlepas dari tujuan pembelajaran.
  • Menetapkan objek sesuai dengan tujuan karyawisata. Karyawisata bukan hanya sekedar rekreasi, akan tetapi merupakan metode untuk mencapai tujan pembelajaran. Oleh alasannya yakni itu penetapan daerah harus sanggup menunjang pencapaian tujuan pembelajaran. Sebelum siswa memakai objek sebagai daerah berguru melalui karyawisata, sebaiknya dilakukan penjajagan atau observasi pendahuluan terlebih dahulu.
  • Manakala daerah kayawisata cukup jauh dari lokasi sekolah sebaiknya dibuat organisasi kepanityaan. Hal ini dimaksudkan biar pelaksanaan karyawisata berjalan lancar.
  • Buatlah petunjuk teknis dan atau lembaran aktivitas yang harus dikerjakan siswa selama karyawisata. Hal ini penting dilakukan untuk menghindari karyawisata hanya sekedar rekreasi.

2. Pelaksanaan

  • Pada waktu pelaksanaan karyawisata, perhatikan semua aktivitas yang dilakukan siswa baik kegiatn pada kelompok maupun aktivitas individual. Sekalipun unsur rekreasi dalam karyawisata penting, akan tetapi janganlah dijadikan sebagi prioritas pertama.
  • Apabila menemui duduk kasus atau hambatan, segeralah dicari jalan keluar dengan merundingkannya baik panitya maupun dengan peserta.
  • Kontrol siswa dalam mengerjakan lembar kerja atau mengerjakan kiprah yang lain. Sempatkan waktu utuk mendiskusikan penemuan-penemuan yang menarik dengan siswa. Berikan kesempatan seluas-luasnya pada siswa untuk memaparkan hasil atau fenomena yang terjadi.

3. Tindak lanjut

  • Mintalah laporan karyawisata baik laporan kelompok maupun individual. Laporan sangat penting sebagai materi isu untuk memilih ketercapaian tujuan pembelajaran oleh siswa. Berdasarkan hasil laporan bisa dilanjutkan dengan kegiatankegiatan pembelajaran lainnya contohnya dengan demonstrasi.
  • Berilah nilai, baik evaluasi yang bersifat umum ataupun evaluasi khusus. Penilaian umum yakni evaluasi yang diberikan pada proses pelaksanaan yang bersifat normatif, sedangkan evaluasi khusus yakni evaluasi kepada setiap siswa sehubungan dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
  • Apabia dipandang perlu, guru bisa memperlihatkan tugas-tugas lanjutan, contohnya menciptakan artikel atau mengarang yang berafiliasi dengan perjalanan karyawisata.

No comments:

Post a Comment