Monday, 18 November 2019

Lebih Terpelajar 10 Hal/Cara Membentuk Perilaku Etos Kerja Sesuai Dengan Tuntunan Nabi Untuk Mendapat Keberkahan Dunia Dan Akhirat

Sahabat Edukasi yang berbahagia... Manusia yaitu makhluk pekerja. Dengan bekerja insan akan bisa memenuhi segala kebutuhannya biar tetap hidup. Manusia harus bekerja dan berusaha sebagai manifestasi kesejatian hidupnya demi menggapai kesuksesan dan kebahgaian hakiki, baik jasmani maupun rohani, dunia dan akhirat. Namun, bekerja tanpa dilandasi seamangat untuk mencapai tujuan tentu saja akan sia-sia. Karena itu, sebuah pekerjaaan yang berkualitas seharusnya dilandasi dengan niat yanng benar dengan disertai semangat yang kuat.

Tujuan bekerja setiap orang berbeda-beda, tergantung pada niatnya, sebagian orang tidak menghadirkan rasa religius dalam niat bekerjanya akan berakibat tidak merasa senang dalam bekerja, mereka hanya mendapat tujuan dari bekerjanya atau cukup secara jasmani namun tidak senang batinnya. Al Alquran telah menegaskan bahwasannya yang perlu dicari yaitu keutamaan dan keridhoan.makna kerja sanggup diartikan sebagai suatu upaya untuk memenuhi kebutuhannya, baik didunia maupun akhirat. Bekerja bukanlah sekedar untuk memperoleh penghasilan, namun bekerja yang lebih hakiki merupakan perintah Tuhan untuk menjadi insan yang bermanfaat bagi sesamanya. Melalui bekerja, sanggup diperoleh beribu pengalaman, dorongan kerja, bahwa hari ini harus lebih baik dari kemarin.

Sebagian dari umat Islam, masih memahami Islam secara sederhana, yakni dengan memandang hanya sholat wajib dan sunnah, mengaji, dan bermacam-macam ibadah lainnya. Masih belum banyak yang memahami bahwa islam juga mendorong umatnya untuk mempunyai etos kerja yang handal. Nilai spiritual berupa “keberkahan” sangatlah penting untuk diutamakan dalam bekerja, bahkan lebih penting dari segala-galanya. Bayangkan saja jikalau seseorang melaksanakan pekerjaan yang tidak baik atau penghasilan yang tidak halal cepat atau lambat akan berimbas pada keluarganya maupun dirinya sendiri bahkan orang-orang disekitarnya. Bekerja memang sangat dianjurkan tetapi harus ada batasannya, jangan hingga kita lupa akan segalanya yang telah kita punya lantaran kita sibuk mengejar materi terus menerus. Bisa kita lihat sendiri kini banyak sekali keluarga-keluarga yang hancur lantaran kedua orang tuanya terlalu sibuk dengan bekerja sehingga anak-anaknya mengalami pergaulan bebas lantaran kurangnya perhatian dari orang tua.

Karena bekerja berkaitan dengan nilai kejiwaan seseorang, hendaknya setiap eksklusif muslim harus mengisinya dengan kebiasaan-kebiasaan yang kasatmata dan ada semacam kerinduan untuk memperlihatkan kepribadiaannya sebagai seorang muslim dalam bentuk hasil kerja serta perilaku dan prilaku yang menuju atau mengarah kepada hasil yang jenih sempurna. Akibatnya, cara dirinya mengekspresi sesuatu selalu menurut semangat untuk menuju kepada perbaikan dan terus berupaya dengan semangat bersungguh-sungguh meghindari yang negatif.


Bekerja memperlihatkan pula perilaku dan harapan seseorang. Imam Al-Qusairi mengartikan harapan sebagai keterpaduan hati kepada yang diinginkannya terjadi di masa yang akan datang. Perbedaan antara harapan dengan angan-angan yaitu sebenarnya angan-angan menciptakan seseorang menjadi pemalas dan terbuai oleh khayalannya tanpa mau mewujudkannya. Kita menyaksikan begitu banyak orang yang berhasil dan bisa mengubah wajah dunia, mereka yaitu yang seluruh hidupnya diabdikan untuk mewujudkan pengetahuan dan harapannya tersebut melalui semangat kerja yang tak kenal kata mundur atau menyerah. Hidupnya menjadi bermakna lantaran ada harapan. Pantaslah Allah SWT menyeru kita untuk tetap mempunyai harapan dan menggolongkan mereka yang berputus asa ke dalam golongan orang-orang yang sesat.

Di Indonesia tingkat pekerja dan pengangguran masih belum seimbang bahkan malah lebih banyak yang pengangguran, Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan, pada tahun 2017 telah terjadi kenaikan jumlah  pengangguran di Indonesia sebesar 10.000 orang menjadi 7,04 juta orang pada Agustus 2017 dari Agustus 2016 sebesar 7,03 juta orang. Kepala BPS Kecuk Suhariyanto mengatakan, pertambahan jumlah  pengangguran tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah angkatan kerja di Indonesia. "Setahun terakhir, pengangguran bertambah 10.000 orang menjadi 7,04 juta di Agustus 2017," ujar Suhariyanto di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (6/11/2017). "Jumlah angkatan kerja yang masuk mencapai 3 juta orang per tahun, jadi komposisi pekerja dan penganggurannya akan terus naik seiring jumlah penduduk. Tapi yang penting persentase TPT-nya turun," katanya. Sementara dari tingkat pendidikan, jumlah pengangguran tertinggi ada pada Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dibandingkan dengan tingkat pendidikan lain, yakni mencapai sebesar 11,41 persen. Padahal lulusan Sekolah Menengah kejuruan sendiri mungkin bisa menyalurkan bakatnya atau keahliannya di BLK (Balai Latihan Kerja) untuk di bimbing lagi dan nantinya bisa membuka perjuangan tersendiri dan malah sanggup membantu orang lain.

Mereka sadar bahwa untuk mewujudkan harapannya itu haruslah mempunyai kualitas sehingga bisa bersaing. Hidup yaitu sebuah persaingan (fastabiqul khairat). Itulah sebabnya, untuk menimbulkan diri yang berkualitas, beliau tak kenal berhenti untuk terus belajar, belajar, dan belajar. Merekapun sadar bahwa tiga potensi dirinya, yaitu head, heart, dan hand, hanyalah sebuah imajinasi bila tidak ditambah dengan satu perilaku yang mutlak diperlukan, yaitu hard working.

Dalam Islam sendiri telah diperintahkan untuk bekerja, sesuai dengan sabda Nabi SAW :

“Dari Rifa’ah bin Rafi’ berkata bahwa Nabi Muhammad SAW ditanya perihal perjuangan yang bagaimana dipandang baik?. Nabi menjawab: Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap perdagangan yang higienis dari penipuan dan hal-hal yang diharamkan.” (HR. Al-Bazzar dan ditashihkan Hakim)

Di dalam hadis tersebut menjelaskan bahwa Islam senantiasa mangajarkan kepada umatnya biar beruasaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seorang muslim berpangku tangan saja atau berdoa mengharapkan rezeki tiba dari langit  tanpa adanya usaha. Namun demikian, tidak dibenarkan pula terlalu mengandalkan kemampuan diri sehingga melupakan pemberian dari Allah SWT dan tidak mau berdoa kepada-Nya. Telah menjadi sunnatullah di dunia bahwa kemkamuran akan dicapai oleh mereka yang bekrja keras dan memanfaatkan segala potensinya untuk mencapai keinginannya. Hikmah dari rezeki yang dihasilkan melalui tangan sendiri yaitu terasa lebih nikmat daripada hasil kerja orang lain juga akan menumbuhkan hidup ekonomis lantaran mencicipi bagaimana payahnya mencari rezeki.

Dalam bekerja sangatlah penting kita memperhatikan hal-hal berikut biar sanggup menjadi pekerjaan yang mendapat keberkahan dunia dan alam abadi yaitu:

1. Niat

Segala sesuatu memang menurut niat, semua yang terjadi itu tergantung pada niat awal kita. Maka berniatlah nrimo lantaran Allah ta’ala, sehabis itu kita akan merasa bahwa semua yang kita lakukan selalu di awasi oleh Allah dan di ridhoi-Nya sehingga kita akan selalu berhati-hati dalam melaksanakan pekerjaan dan kita akan merasa bersyukur atas apapun yang kita peroleh.

2. Bekerja keras

Cita-cita yaitu penyemangat kita dalam melaksanakan suatu hal, jikalau kita mempunyai harapan yang tingggi maka kita perlu melaksanakan kerja keras tanpa ada rasa mengalah dan puas sebelum terpenuhinya cita-cita. Dalam bekerja kita seharusnya menjauhi gaya hidup yang hura-hura, membuang uang dengan sia-sia, dan kita harus selalu ingat tujuan awal kita bekerja dan apa harapan kita.

3. Tangguh dan pantang menyerah

Keuletan merupakan modal yang sangat besar di dalam mengahapi segala tanatngan atau tekanan (pressur), lantaran sejarah telah banyak menerangkan batapa banyak bangsa yang mempunyai sejarah pahit, namun hasilnya sanggup keluar dengan banyak sekali inovasi, kohesivitas kelompok, dan bisa memperlihatkan prestasi yang tinggi bagi lingkungan.

4. Efisiensi Waktu

Bagi yang mempunyai etos kerja islam ia selalu menganggap waktu yaitu aset Illahi yang sangat berharga, yaitu ladang subur yang membutuhkan ilmu dan amal untuk diolah serta dipetik hasilnya pada waktu yang lain. Waktu yaitu kekuatan. Mereka yang mengabaikan waktu berarti menjadi budak kelemahan. Bila kita memanfaatkan seluruh waktu, kita sedang berada di atas jalan keberuntungan. Hal ini sebagaimana firmanNya : “Wal-‘ashri, sesungguhnya insan niscaya dalam kerugian, kecuali mereka yang beriman dan berinfak saleh saling berwasiat dalam kebaikan dan dalam kesabaran.”(Al-‘Ashr : 1-3)

5. Percaya Diri         

Pribadi muslim yang percaya diri tampil bagaikan lampu yang benderang, memancarkan raut wajah yang cerah dan berkharisma. Orang yang berada disekitarnya merasa tercerahkan, optimis, tentram, dan muthma’innah. Penelitian Boyatzis menerangkan bahwa para penyelia, manajer, dan administrator yang percaya diri lebih berprestasi dari orang yang biasa-biasa saja.Percaya diri melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas dalam bersikap. Berani mengambil keputusan yang sulit walaupun harus membawa konsekuensi berupa tantangan atau penolakan.

6. Tanggung Jawab

Tanggung jawab yaitu menanggung dan memberi jawaban, demikian pengertian takwa yang kita tafsirkan sebagai tindakan bertanggungjawab sanggup didefinisikan sebagai perilaku dan tindakan seseorang di dalam menrima sesuatu sebagai amanah; dengan penuh rasa cinta, ia ingin menunaikannya dalam bentuk pilihan-pilihan yang melahirkan amal prestatif.

7. Kejujuran

Seorang  muslim yaitu tipe insan yang terkena kecanduan kejujuran; dalam keadaan apapun, beliau merasa bergantung pada kejujuran. Diapun bergantung pada amal saleh, dirinya ibarat terkena sugesti yang besar lengan berkuasa untuk selalu berbuat amal saleh. Sekali beliau berbuat jujur atau berbuat amal saleh prestatif, dirinya bagaikan ketagihan untuk mengulangi dan mengulanginya lagi. Dia terpenjara dalam cintanya kepada Allah. Tidak ada kebebasan yang beliau nikmati kecuali dalam pelayanannya kepada Allah.

8. Istiqamah dan Kuat Pendirian

Pribadi muslim yang profesional dan berakhlak mempunyai perilaku konsisten yaitu kemampuan untuk bersikap secara taat asas, pantang menyerah, dan bisa mempertahankan prinsip serta komitmennya walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya. Mereka bisa mengendalikan diri dan mengelola emosinya secara efektif. Tetap teguh pada komitmen, positif, dan tidak ringkih kendati berhadapan dengan situasi yang menekan. Sikap konsisten telah melahirkan kepercayaan diri yang besar lengan berkuasa dan mempunyai integritas serta bisa mengelola stres dengan penuh gairah.

Seorang yang istiqamah tidak gampang berbelok arah betapapun godaan untuk mengubah tujuan begitu memikatnya. Dia tetap pada niat semula. Istiqamah berarti berhadapan dengan segala rintangan masih tetap berdiri. Konsisten berarti tetap menapaki jalan yang lurus walaupun sejuta halangan menghadang. Ini bukan idealisme, tetapi sebuah abjad yang menempel pada jiwa setiap eksklusif muslim yang mempunyai semangat tauhid laa ilaaha illahhah. Sebagaimana Bilal yang tetap mengucapkan “ahad…ahad…ahad !!! walaupun dicambuk dan kulitnya melepuh lantaran dibakar di atas pasir panas dan ditindih watu yang besar di atas perutnya. Dan Nabi pernah bersabda bahwa: ”satu keistiqomahan lebih baik dari seribu karomah”.

9. Profesionalisme

Sebagaimana sabda Nabi SAW

“Dari Aisyah r.a., sesungguhnya Rasulullah s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya Allah menyayangi seseorang yang apabila bekerja, mengerjakannya secara profesional”. (HR. Thabrani, No: 891, Baihaqi, No: 334).

Hadis di atas sudah menjelaskan dengan terang bahwa Allah mnecintai seseorang yang apabila beliau bekrja dengan profesional, dengan beliau profesional berarti beliau telah menerapkan sifat amanah, dan terbukti bahwa beliau bekerja sesuai dengan bidang yang digeluti.

10. Memiliki Sifat Semangat Perubahan

Pribadi yang mempunyai etos kerja sangat sadar bahwa tidak akan ada satu makhlukpun di muka bumi ini yang bisa mengubah dirinya kecuali dirinya sendiri. Betapapun hebatnya seseorang untuk memperlihatkan motivasi, hal itu hanyalah sebuah kesia-siaan belaka, bila pada diri orang tersebut tidak ada keinginan untuk dimotivasi, tidak ada elan api yang menyala-nyala untuk mengubah diri. Benarlah apa yang difirmankan Allah SWT …..”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang mengubah keadaan diri mereka sendiri…(Ar-Rad : 11). Ayat ini mengajak kita untuk memainkan peran, mengubah nasib, dan menempatkan diri dalam posisi diri yang mulia ataukan yang hina.

Dengan menumbuhkan sikap-sikap di atas, maka kita termasuk seorang muslim yang menumbuhkan etos kerja yang sesuai dengan tuntunan Nabi, maka akan tumbuh banyak perkerja yang berkualitas dan mungkin bisa mengurangi tingkat korupsi. Karena mereka tidak hanya mengejar keduniawian saja, tetapi juga mendapat bekal untuk di alam abadi kelak.

Ditulis dan dikirimkan oleh : Novia Fahris Salimi (Mahasiswi IAIN Kudus)

No comments:

Post a Comment