Showing posts sorted by relevance for query lingkungan-sekolah-yang-nyaman. Sort by date Show all posts
Showing posts sorted by relevance for query lingkungan-sekolah-yang-nyaman. Sort by date Show all posts

Saturday, 5 November 2022

Pasti Dapat Bahan Acara Mpls, Wawasan Wiyata Mandala

Materi kegiatan MPLS, wawasan wiyata mandala – Kegiatan MPLS (Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah) sangat penting bagi penerima didik baru. Melalui kegiatan ini siswa gres akan sanggup mengetahui, mengenal dan mengasihi sekolah sebagai tempat berguru yang paling menyenangkan.

 Melalui kegiatan ini siswa gres akan sanggup mengetahui PASTI BISA Materi Kegiatan MPLS, Wawasan Wiyata Mandala
Kegiatan MPLS bagi siswa gres di sekolah (doc.matrapendidikan.com)

Hal ini sesuai dengan pameo, tak tahu maka tak kenal, tak kenal maka tak cinta. Ketahui dulu lingkungan sekolah, baik fisik maupun sosialnya. Dengan demikian siswa akan mengenal dan mengasihi sekolah sehingga bersemangat untuk berguru dan meraih prestasi berguru secara optimal.
Untuk mewujudkan sasaran dimaksud maka kegiatan MPLS diisi dengan banyak sekali materi. Salah satu bahan kegiatan MPLS yang menjadi bahasan utama artikel ini ialah wawasan wiyata mandala.

Bagi guru pembimbing MPLS bahan wawasan wiyata mandala, tujuan utama yang harus dicapai melalui bahan ini ialah siswa gres sanggup mengetahui dan mengenal dengan baik lingkungan sekolah.
Sacara umum wawasan wiyata mandala ialah pandangan dan pemikiran terhadap sekolah sebagai kawasan/lingkungan pendidikan. Sebagai daerah pendidikan, suatu sekolah terdiri dari lingkungan fisik dan sosial.

Lingkungan fisik sekolah antara lain ruang kelas belajar, ruang perpustakaan, ruang laboratorium IPA, ruang bimbingan dan konseling, tempat ibadah, halaman sekolah, tanaman dan taman sekolah, kebun di sekitar sekolah dan pagar sekolah.

Semua ini ialah kemudahan berguru siswa yang perlu diketahui dan dikenal dengan baik letak maupun fungsinya. Misalnya, dimana letak dan apa fungsinya laboratorium IPA, perpustakaan dan ruang BK. Kemudian apa saja yang ada di unit layanan tersebut sehingga sanggup dimanfaatkan dengan baik oleh siswa

Selain lingkungan fisik ada pula lingkungan pergaulan sosial di sekolah. Ada kepala sekolah, majelis guru, pegawai administrasi, penjaga sekolah, operator sekolah, dan lain sebagainya.

Siswa gres perlu diperkenalkan siapa kepala sekolah, majelis guru dan mata pelajarannya. Siapa pula kepala tata perjuangan dan staf serta operator sekolah.

Jika siswa gres sudah mengetahui dan mengenali lingkungan sekolah sebagai daerah pendidikan maka selanjutnya kewajiban siswa adalah:
1.Menjaga dan memanfaatkan semua kemudahan berguru yang ada di sekolah untuk kepentingan belajar
2.Menghormati guru dan semua personil yang ada di sekolah
3.Menaati semua peraturan dan disiplin berguru di sekolah
4.Menjunjung nama baik sekolah
5.Giat dan tekun berguru untuk meraih prestasi yang lebih baik
6.Bersikap dan bertingkah laris sebagai siswa selama berada di sekolah maupun di luar lingkungan sekolah.
Dengan terlaksananya kewajiban siswa tersebut akan tercipta sekolah sebagai lingkungan pendidikan yang nyaman dan menyenangkan. Prestasi berguru akan sanggup diwujudkan secara optimal.

Wednesday, 30 January 2019

Jadi Berilmu Panduan Pendidikan Pramuka Ekstrakurikuler Wajib Sd Mi


Panduan Ekstrakurikuler Wajib Kepramukaan di Sekolah Dasar. Pedoman ini dibentuk untuk penyelenggaraan pendidikan kepramukaan di sekolah dasar, Sejak digulirkan tahun 2014, Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan di SD dan Menengah mengalami banyak sekali problematika dalam penerapannya. Permendikbud Nomor 63 tahun 2014 perihal Pendidikan kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib pada Pendidikan Dasar dan Menengah.

Panduan Kepramukaan ini memuat tentang; Penerapan pembelajaran dengan memakai metode Kepramukaan, Menyusun dan menerapkan model blok, Menyusun dan menerapkan model aktualisasi, dan Penilaian ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan.

Pencapaian kompetensi inti dan kompetensi dasar sebagaimana dimaksud dalam kurikulum 2013 tersebut sanggup diwujudkan melalui integrasi kegiatan intrakurikuler, kokurikuler, dan ekstrakurikuler. Melalui kegiatan ekstrakurikuler, penerima didik sanggup menemukan dan membuatkan potensinya, serta memperlihatkan manfaat sosial yang besar dalam membuatkan kemampuan berkomunikasi dan bekerja sama dengan orang lain. Disamping itu, kegiatan ekstrakurikuler sanggup memfasilitasi bakat, minat, dan kreativitas penerima didik yang berbeda-beda.

Pedoman pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler di satuan pendidikan telah diatur dalam Permendikbud Nomor 62 Tahun 2014. Kegiatan ekstrakurikuler sebagaimana yang dimaksud dalam Permendikbud ini dikelompokkan menjadi kegiatan ekstrakurikuler wajib dan kegiatan ekstrakurikuler pilihan. Kegiatan ekstrakurikuler wajib yaitu kegiatan ekstrakurikuler yang wajib diselenggarakan oleh satuan pendidikan dan wajib diikuti oleh seluruh penerima didik, yakni Ekstrakurikuler Pendidikan Kepramukaan. Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler pilihan mencakup kegiatan yang mengacu pada minat, bakat, serta kemampuan penerima didik sesuai pilihannya.

Tujuan Panduan Ekstrakurikuler Wajib Kepramukaan di Sekolah Dasar


Panduan ini sebagai petunjuk teknis bagi kepala sekolah, guru dan pembina pramuka dalam melakukan Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di satuan pendidikan sesuai dengan tugas, fungsi, dan kiprahnya masing-masing.

Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan bertujuan biar penerima didik berpengaruh huruf spiritual dan sosial, mantap kebangsaan dan kenegaraan Indonesia, dan kokoh kecakapan diri sehingga penerima didik kelak bisa hidup di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, EWPK juga dilaksanakan untuk Penguatan Pendidikan Karakter bagi penerima didik.

Dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 perihal penumbuhan budi pekerti dijelaskan bahwa adaptasi merupakan serangkaian kegiatan yang harus dilakukan penerima didik, guru, dan tenaga kependidikan yang bertujuan untuk menumbuhkan kebiasaan yang baik dan membentuk generasi berkarakter positif. Salah satu tujuan dari penumbuhan budi pekerti antara lain yaitu menumbuhkembangkan lingkungan dan budaya berguru yang harmonis antara keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Untuk mencapai tujuan tersebut diharapkan penanganan yang serius dalam keterlaksanaan penumbuhan budi pekerti di sekolah. Penumbuhan budi pekerti memerlukan pembina yang bertanggung jawab, konsisten, berkomitmen, dan tangguh sehingga diperoleh keberhasilan pelaksanaan di sekolah. Pembina tersebut harus mempunyai metode, media, dan cara berkomunikasi yang pas sesuai dengan referensi penumbuhan budi pekerti yang diinginkan.

Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 perihal Guru dan Dosen menyatakan bahwa guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional. Salah satu prinsip profesionalitas guru yaitu mempunyai kompetensi yang diharapkan sesuai dengan bidang tugasnya. Kompetensi yang harus dimiliki seorang guru mencakup empat aspek, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Keberhasilan dari pembelajaran di sekolah selain dipengaruhi oleh empat aspek kompetensi tersebut, faktor lingkungan sekolah juga sangat menentukan. Lingkungan sekolah yang nyaman dan inspiratif merupakan faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran yang dialami oleh penerima didik, guru, dan tenaga kependidikan. Kenyamanan ini akan didukung oleh adaptasi sikap dan sikap positif yang seharusnya menjadi bab dari proses berguru dan budaya setiap sekolah sebagai wujud pencerminan nilai-nilai Pancasila. Pembiasaan tersebut sanggup dilaksanakan ke dalam implementasi Ekstrakuriluler Wajib Pendidikan Kepramukaan.

Berdasarkan latar belakang itulah, pelaksanaan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan senantiasa memerhatikan aspek yang dicanangkan ke dalam tujuh nilai dalam penumbuhan budi pekerti untuk mengkristalisasi lima nilai penguatan pendidikan huruf yaitu religius, integritas, nasionalis, mandiri, dan gotong royong. Oleh karenanya, perlu dibentuk sebuah panduan yang lebih bersifat simpel dan sistematis dalam upaya menerapkan pendidikan kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib di SD dengan nafas Penumbuhan Budi Pekerti untuk penguatan pendidikan karakter.

Download Panduan Pendidikan Pramuka Ekstrakurikuler Wajib SD MI


Selengkapnya bisa anda download pada link berikut ini:
Unduh disini

Pendidikan Kepramukaan sebagai ekstrakurikuler wajib


Pendidikan Kepramukaan dinilai sangat penting untuk mendukung ketercapaian tujuan pendidikan nasional sebagaimana amanat Sisdiknas. Melalui pendidikan kepramukaan dengan kekhasan metodenya, akan timbul rasa memiliki, saling tolong menolong, menyayangi tanah air, dan menyayangi alam. Karenanya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mewajibkan setiap sekolah melakukan Ekstrakurikuler Pendidikan Kepramukaan melalui tiga kemasan model yang terintegrasi, yakni model blok, aktualisasi, dan reguler dengan rambu-rambu yang ditentukan.

Dalam Kurikulum 2013, Pendidikan Kepramukaan ditetapkan sebagai kegiatan ekstrakurikuler wajib. Hal ini mengandung makna bahwa pendidikan kepramukaan merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang secara sistemik diperankan sebagai wahana penguatan (reinforcement) psikologis-sosial-kultural perwujudan sikap dan keterampilan Kurikulum 2013 yang secara psiko-pedagogis koheren dengan pengembangan sikap dan kecakapan dalam pendidikan kepramukaan.Dengan demikian pencapaian Kompetensi Inti Sikap Spiritual (KI-1), Sikap Sosial (KI-2), dan Keterampilan (KI-4) memperoleh penguatan bermakna (meaningfull learning).

Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan kegiatan-kegiatan pembelajaran di lingkungan sekolah (intramural) dan di luar sekolah (ekstramural) sebagai upaya memperkuat proses pembentukan huruf bangsa yang berbudi pekerti luhur.

Proses pembentukan huruf penerima didik akan lebih cepat terwujud manakala mereka mendapat lebih banyak pengalaman dalam proses pembelajaran yang senyatanya. Nyata dalam sisi konteks ruang, waktu, dan isi, serta pemaknaan dari pembelajaran yang dilakukan. Semua itu sanggup diwujudkan melalui acara di luar kelas dalam kondisi yang bergotong-royong seperti, praktik langsung, bersosialisasi dalam kelompok, menghargai prestasi, dalam suasana menarik dan menyenangkan, dilandasi norma berguru yang kokoh, target-target yang terskenario, menghormati gender, dan dengan guru sebagai orang sampaumur yang bisa menguatkan makna semua proses pembelajaran.

Pendidikan Kepramukaan sebagai Ekstrakurikuler Wajib dalam konteks Kurikulum 2013, intinya berwujud proses aktualisasi dan penguatan capaian pembelajaran Kurikulum 2013, ranah sikap dalam bingkai KI-1, KI-2, dan ranah keterampilan dalam KI-4, sepanjang yang bersifat konsisten dan koheren dengan sikap dan kecakapan Kepramukaan. Dengan demikian terjadi proses saling interaktif dan saling menguatkan (mutually interactive and reinforcing).

KI 1, KI 2, dan KI 4 yang konsisten dan koheren/berkaitan diaktualisasikan melalui metode kepramukaan dalam kegiatan blok dan aktualisasi. Model blok bersifat wajib, berbentuk perkemahan, dan terdapat evaluasi yang bersifat umum. Model aktualisasi bersifat wajib, dilaksanakan rutin setiap ahad di luar jam pelajaran, dan terdapat evaluasi formal. KI-KD mata pelajaran yang belum tuntas di kelas, dikuatkan di luar kelas dengan kemasan metode kepramukaan. Dengan kalimat lain, metode kepramukaan sebagai pembungkus acara pembelajaran dalam kegiatan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan.

Dengan demikian, sekolah sebagai satuan pendidikan mempunyai dua tanggung jawab. Tanggung jawab pertama, melakukan Ekstrakurikuler Wajib Pendidikan Kepramukaan melalui model blok dan model aktualisasi. Tanggung jawab kedua, menjalankan training pramuka melalui satuan Gugus Depan yang berpangkalan di satuan pendidikan. Guru sebagai pengampu mata pelajaran berkewajiban menguatkan sikap dan keterampilan penerima didik melalui ekstrakurikuler pendidikan kepramukaan secara sistematis dan terencana.

Thursday, 12 September 2019

Jadi Berakal 6 Prinsip Dan Kompetensi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin


Peran Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Kepemimpinan pembelajaran merupakan tindakan yang mengarah pada terciptanya iklim sekolah yang bisa mendorong terjadinya proses pembelajaran yang optimal. Tindakan yang dilakukan (Kepala sekolah) untuk menyebarkan lingkungan kerja yang produktif dan memuaskan bagi guru pada akhirya bisa membuat kondisi mencar ilmu siswa semakin meningkat

Kepemimpinan pembelajaran merupakan tindakan kepala sekolah/madrasah dalam; mempengaruhi, menggerakan, mengarahkan, mengembangkan, memberdayakan guru. Sehingga tercipta kondisi sekolah yang aman sebagai daerah pembelajaran berproses secara optimal.

Peran Kepala Sekolah


  • Merumuskan tujuan pembelajaran
  • Mengalokasikan sumber daya dalam pembelajaran,
  • Mengelola kurikulum
  • Memonitor perencanaan pembelajaran,
  • Mengevaluasi pelaksanaan kiprah guru.

Yang bertujuan untuk Meningkatkan kiprah guru dalam memfasilitasi siswa menyebarkan prestasi , kepuasan belajar, motivasi, keingintahuan, kreativitas, inovasi, jiwa kewirausahaan, dan kesadaran untuk mencar ilmu sepanjang hayat.

Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin


  1. Sebagai penyedia sumber daya, memperlihatkan kemampuan dan administrasi waktu dan sumber daya  secara efektif, memperlihatkan kondisi kelas sebagai master pengubah, dan bisa mengenal dan memotivasi anggota staf sekolah,
  2. Sebagai sumber instruksional’ terlihat dan memajukan kondisi kelas yang efektif untuk menunjang hasil belajar, mendorong staf pengajar untuk memakai banyak sekali macam materi pengajaran dan seni administrasi mencar ilmu mengajar, menawarkan perhatian dan bisa menyebarkan gagasan inovatif.
  3. Sebagai komunikator, memberikan visi sekolah secara jelas, memahami tujuan sekolah serta bisa menerjamahkan, membina hubungan yang efektif dengan stakeholders, terang dalam menyampaian sesuatu baik mulut maupun tulisan. Keempat, kehadirannya bermakna; bisa berinteraksi dan mensugesti seluruh lingkungan sekolah (Guru, staf, siswa dan petugas lainnya.

Semakin berdaya kiprah kepala sekolah dalam mengarahkan, memotivasi, dan mensugesti guru dalam proses mencar ilmu mengajar maka sanggup meningkatkan efektivitas siswa belajar

6 Prinsip Kepala Sekolah


  1. Membangun tujuan bersama
  2. Meningkatkan kreasi dan penemuan dalam menyebarkan kurikulum
  3. Mengembangkan motivasi pendidik dalam menyebarkan kompetensi
  4. Menjamin pelaksanaan mutu proses pembelajaran  melalui pelaksanaan monitoring atau supervisi
  5. Mengembangkan sistem penilaian dalam memantau perkembangan mencar ilmu siswa
  6. Mengambil keputusan berbasis data.

Rencana Tindak Strategis Kepala Sekolah


  1. Memfasilitasi penyusunan tujuan pembelajaran dan standar pembelajaran
  2. Melakukan sosialisasi tujuan pembelajaran dan standar pembelajaran
  3. Memfasilitasi pembentukan kelompok kerja guru
  4. Menerapkan ekspektasi yang tinggi
  5. Melakukan penilaian kinerja guru dan tindak lanjut pengembangannya
  6. Membentuk kultur sekolah yang aman bagi pembelajaran
  7. Membangun learning person dan learning school
  8. Menyediakan sebagian besar waktu untuk pembelajaran dan selalu mempunyai waktu untuk guru dan siswanya
  9. Melayani dengan prima kepada guru, siswa, dan orang renta siswa
  10. Melakukan koordinasi terhadap guru, siswa, dan orangtua siswa
  11. Melakukan monitoring dan penilaian terhadap keberhasilan pembelajaran jawaban

Kompetensi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin


  1. Merumuskan tujuan pembelajaran
  2. Mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum
  3. Membimbing pengembangan dan perbaikan proses mencar ilmu mengajar (PBM)
  4. Mengevaluasi kinerja guru dan mengembangkannya
  5. Membangun komunitas pembelajaran
  6. Menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional
  7. Melayani siswa dengan prima
  8. Melakukan perbaikan secara terus menerus
  9. Menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif
  10. Membangun Warga Sekolah semoga Pro-perubahan
  11. Membangun teamwork yang kompak
  12. Memberi referensi dan menginspirasi warga sekolah  

PENJELASAN

1. Merumuskan tujuan pembelajaran


Secara bersama-sama, kepala sekolah dan guru merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai, menyepakati cara-cara yang akan ditempuh untuk mencapai tujuan pembelajaran dan melaksanakannya secara konsisten untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Mengarahkan dan membimbing pengembangan kurikulum


Kepala sekolah mengarahkan dan membimbing para guru dalam menyebarkan kurikulum, mulai dari: perumusan visi, misi, dan tujuan sekolah; pengembangan struktur dan muatan kurikulum; dan pembuatan kalender sekolah.

3. Membimbing pengembangan dan perbaikan proses mencar ilmu mengajar (PBM)


Kepala sekolah mempunyai kemampuan dalam membimbing dan memfasilitasi perbaikan proses mencar ilmu mengajar yang mencakup perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran serta pengelolaan kelas.

4. Mengevaluasi kinerja guru dan mengembangannya


Secara periodik, kepala sekolah melaksanakan penilaian kinerja guru untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan kinerja guru serta mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan pengembangan keprofesian guru

5. Membangun komunitas pembelajaran


Komunitas pembelajaran yaitu suatu komunitas (warga sekolah) yang mempunyai kesamaan nilai-nilai pembelajaran yang dianut sebagai sumber penggalangan konformisme sikap dan sikap bagi warga sekolah dalam rangka untuk mencapai tujuan pembelajaran. . Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus mempunyai kemampuan membangun komunitas pembelajaran di sekolahnya

6. Menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional


Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus bisa menerapkan kepemimpinan visioner dan situasional sekaligus. Kepemimpinan visioner yaitu kepemimpinan yang mendasarkan pada visi yang ingin dicapai di masa depan,sedang kepimpinan situasional yaitu kepemimpinan yang mempertimbangkan situasi yang sedang dihadapi. Kombinasi dari kedua jenis kepemimpinan tersebut akan bisa memberi ide dan mendorong terjadinya pembelajaran yang futuristik dan kontekstual sekaligus.

7. Melayani siswa dengan prima


Kepala sekolah harus bisa mengajak guru dan karyawan untuk menawarkan layanan pembelajaran kepada siswa secara prima dan siswa merupakan pelanggan utama sekolah yang harus menjadi fokus perhatian warga sekolah

8. Melakukan perbaikan secara terus menerus


Kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran harus mempunyai kemampuan untuk melaksanakan perbaikan secara terus menerus, yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, refleksi, dan revisi terhadap perencanaan berikutnya, dan siklusnya diulang-ulang

9. Menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif


Pemimpin pembelajaran harus selalu menerapkan karakteristik kepala sekolah efektif. Kepala sekolah efektif melaksanakan hal-hal berikut: luwes dalam pengendalian, membangun teamwork di sekolahnya, akad besar lengan berkuasa terhadap pencapaian visi dan misi sekolah, menghargai guru dan karyawan atas dedikasinya, memecahkan persoalan secara kolaboratif, melaksanakan delegasi secara efektif, dan fokus pada proses mencar ilmu mengajar (pembelajaran).

10. Membangun Warga Sekolah semoga Pro-perubahan


Salah satu ciri utama seorang pemimpin pembelajaran yaitu mempunyai visi dan misi yang terang dan mempunyai cara-cara untuk menggerakkan warga sekolahnya untuk mencapainya. Untuk itu, ia harus bisa mengarahkan, membimbing, memotivasi, mempengaruhi, memberi insprirasi, dan mendukung prakarsa-prakarsa baru, kreativitas, inovasi, dan inisiasi dalam pengembangan pembelajaran.

11. Membangun teamwork yang kompak


Pemimpin pembelajaran harus bisa membangun teamwork yang kompak, cerdas, dinamis, harmonis, dan lincah. Pelibatan, partisipasi, dan pengabdian warga sekolah sangat diharapkan dalam rangka membangun teamwork yang dimaksud.

12. Memberi referensi dan menginspirasi warga sekolah


Memberi referensi dalam banyak sekali hal contohnya komitmen,disiplin, nyaman terhadap perubahan, kasih sayang terhadap siswa, semangat kerja, dsb. yaitu merupakan bab penting dari karakteristik seorang pemimpin pembelajaran. Tidak kalah penting, seorang pemimpin pembelajaran selalu memberi ide kepada guru, karyawan, dan terutama siswanya untuk mempelajari dan menikmati hal-hal yang belum diketahui, dan bisa membangun kondisi rasa keingintahuan dari seluruh warga sekolahnya.

Sunday, 13 January 2019

Pasti Dapat Yuk, Temukan Hal-Hal Yang Menciptakan Kau Rajin Tiba Dan Berguru Di Sekolah

Yuk, temukan hal-hal yang menciptakan kau rajin tiba dan mencar ilmu di sekolah – Masa sekolah yaitu masa-masa terindah dalam proses hidup dan kehidupan seseorang. Masa penuh nuansa warna-warni yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Hal ini didukung oleh kondisi siswa yang sedang berada pada masa remaja. Masa dimana seseorang mengalami gairah dan gejolak perasaan dan pikiran.

hal yang menciptakan kau rajin tiba dan mencar ilmu di sekolah PASTI BISA Yuk, Temukan Hal-hal yang Membuat Kamu Rajin Datang dan Belajar di Sekolah
Kegembiraan siswa saat berada di sekolah (pexels.com)

Namun tidak semua yang mengalami masa sekolah sebagai masa yang menyenangkan. Masa sekolah dirasa sebagai masa penuh hukum dan ujian. Masa yang mengekang dan mengungkung. Perilaku absen atau malas tiba dan mencar ilmu di sekolah menjadi salah satu indikasinya.

Kalau pun harus tiba ke sekolah hanyalah untuk menunaikan kewajiban terhadap orangtua yang mengeluarkan uang saku saban hari. Motif ini justru hanya akan memberatkan siswa untuk tiba dan mencar ilmu ke sekolah.

Untuk memotivasi biar siswa bersemangat tiba dan mencar ilmu di sekolah, siswa perlu membangkitkan motivasi dirinya sendiri.

Sesungguhnya banyak hal yang sanggup dijadikan motif bagi seorang siswa untuk rajin tiba dan mencar ilmu di sekolah. Coba ikuti uraian berikut ini!

1.Ruang belajar

Jangan anggap enteng suasana ruang belajar. Pengaruhnya besar terhadap seorang siswa untuk tiba dan mencar ilmu di sekolah. Ruang mencar ilmu yang higienis dan ditata rapi serta menyejukkan mata, akan menciptakan siswa kangen tiba dan mencar ilmu di sekolah.

2.Suasana belajar

Selain ruang mencar ilmu yang menyenangkan, suasana mencar ilmu yang menggairahkan akan menciptakan siswa selalu rindu untuk tiba dan mencar ilmu di sekolah. Ketika masih di rumah bayangkan oleh siswa jikalau dia akan tiba ke ruang mencar ilmu yang nyaman dan suasana mencar ilmu menggembirakan.

3.Lingkungan sekolah

Pernahkah siswa merenung saat tinggal beberapa bulan lagi siswa mencar ilmu di sekolah itu? Tak usang lagi siswa akan pergi meninggalkan sekolah dengan lingkungan yang asri. Kalau siswa merenung ibarat itu pasti siswa akan garang tiba dan mencar ilmu di sekolah.

4.Pergaulan sosial

Bagaimana pergaulan sosial di sekolah? Dengan sesama teman atau dengan guru? Pergaulan sosial yang sehat tentu akan menciptakan siswa termotivasi untuk setiap hari tiba dan mencar ilmu di sekolah.

5.Guru yang memesona dan humoris

Memang, abjad masing-masing guru berbeda satu sama lain. Namun dalam pikiran siswa, sayang dilewatkan atau tidak tiba ke sekolah alasannya yaitu akan mencar ilmu dengan guru yang memesona serta mempunyai sense of humour.(rasa humor).
Simak juga : Tips Agar Bersemangat Datang ke Sekolah
Tentunya, masih banyak hal lain yang mendorong siswa untuk rajin dan bersemangat tiba dan mencar ilmu di sekolah. Makanya, siswa perlu memotivasi dirinya sendiri, menemukan sesuatu yang positif, berimprovisasi sehingga siswa tidak malas tiba dan mencar ilmu di sekolah.

Wednesday, 24 January 2018

Jadi Cendekia Administrasi Kegiatan Bimbingan Dan Konseling Di Sekolah


Suatu acara layanan bimbingan dan konseling mustahil akan tercisekolaha, terselenggara, dan tercapai jikalau tidak mempunyai suatu sistem pengelolaan (manajemen) yang bermutu, dalam arti dilakukan secara jelas, sistematis, dan terarah. Mengenai arti manajemen itu sendiri Stoner (1981) mengemukakan pendapatnya sebagai berikut: “Management is the process of planning, organizing, leading and controlling the efforts of organizing members and of using all other organizational resources to achieve stated organizational goals”.

Berikut diuraikan aspek-aspek sistem manajemen acara layanan bimbingan dan konseling.

1. Kesepakatan Manajemen


Kesepakatan manajemen atas acara bimbingan dan konseling sekolah diharapkan untuk mejamin implementasi acara dan taktik peluncuran dalam memenuhi kebutuhana siwa sanggup dilakukan secara efektif. Kesepakatan ini menyangkut pula proses meyakinkan dan menyebarkan kesepakatan semua pihak di lingkungan sekolah bahwa acara bimbingan dan konseling sebagai bab terpadu dari keseluruhan acara sekolah.

2. Keterlibatan Stakeholder


Komite Sekolah sebagai representasi masyarakat atau stakeholder memerlukan penyadaran dan pemahaman akan keberadaan dan pentingnya layanan bimbingan dan konseling di sekolah.

3. Manajemen dan Penggunaan Data


Program bimbingan dan konseling komprehensif didukung oleh data. Penggunaan data di dalam layanan bimbingan dan konseling akan menjamin setiap siswa memperoleh manfaat dari layanan bimbingan dan konseling. Konselor harus memperlihatkan bahwa setiap kegiatan diimplementasikan sebagai bab dari keutuhan acara bimbingan dan konseling yang didasarkan atas analisis cermat terhadap kebutuhan, prestasi, dan data terkait siswa lainnya.

Data yang diperoleh dan dipakai perlu diadministrasikan dengan baik dan cermat. Manajemen data dilakukan secara manual maupun komputer. Dalam kurun teknologi informasi, manjemen data siswa dilakukan secara komputer. Database siswa perlu dibangun dan dikembangkan biar perkembangan setiap siswa sanggup dengan gampang dimonitor. Penggunaan data siswa dan lingkungan sekolah yang tertata dan dikelola dengan baik untuk kepentingan memonitor kemajuan siswa, akan menjamin seluruh siswa mendapatkan apa yang mereka perlukan untuk keberhasilan sekolah.

Konselor harus cermat dalam mengumpulkan, menganalisis, dan menafsirkan data. Kemajuan perkembangan siswa sanggup dimonitor dari : prestasi belajar, data yang terkait dengan prestasi belajar, dan data tingkat penguasaan tugas-tugas perkembangan atau kompetensi.

4. Rencana Kegiatan


Rencana kegiatan (action plans) diharapkan untuk menjamin peluncuran acara bimbingan dan konseling sanggup dilaksanakan secara efektif dan efesien. Rencana kegiatan yaitu uraian detil dari acara yang menggambarkan struktur isi program, baik kegiatan di sekolah maupun luar sekolah, untuk memfasilitasi siswa mencpai kiprah perkembangan atau kompetensi.

5. Pengaturan Waktu


Berapa banyak waktu yang diharapkan untuk melaksanakan layanan bimbingan dan konseling dalam setiap komponen acara perlu dirancang dengan cermat. Perencanaan waktu ini didasarkan kepada isi acara dan sumbangan manajemen yang harus dilakukan oleh konselor. Sebagai contoh, contohnya 80% waktu dipakai untuk melayanai siswa secara pribadi dan 20% dipakai untuk sumbangan manajerial. Porsi waktu untuk peluncuran masing-masing komponen acara sanggup ditetapkan sesuai dengan pertimbangan sekolah. Misalnya:

  • Layanan dasar (30-40%),
  • Responsif (15-25%),
  • Perencanaan individual (25-35%),
  • Dukungan sistem (10-15%).

Ini contoh, dan setiap sekolah bisa menyebarkan sendiri. Dalam konteks Kurikulum Berbasis Kompetensi dan Bimbingan dan Konseling Perkembangan, perlu ditetapkan waktu secara terpola untuk layanan bimbingan dan konseling klasikal.

6. Kalender Kegiatan


Program bimbingan dan konseling sekolah yang telah dituangkan ke dalam planning kegiatan perlu dijadwalkan ke dalam bentuk kalender kegiatan. Kalender kegiatan meliputi kalender tahunan, semesteran, bulanan, dan mingguan.

7. Jadwal Kegiatan


Program bimbingan sanggup dilaksanakan dalam bentuk (a) kontak langsung, dan (b) tanpa kontak pribadi dengan siswa. Untuk kegiatan kontak pribadi yang dilakukan secara klasikal di kelas (layanan dasar) perlu dialokasikan waktu terpola 1 – 2 jam pelajaran per-kelas per-minggu. Mengenai jadwal kegiatan bimbingan, remaja ini sudah menerima legalitas pemerintah, yaitu dengan terbitnya Peraturan Menteri Diknas No. 22 Tahun 2006. Dalam struktur kurikulum yang termaktub dalam Permen tersebut, tercantum bahan pengembangan diri selama 2 jam/minggu, yang berlaku bagi semua satuan pendidikan dasar dan menengah.

Dalam implementasinya, bahan pengembangan diri dilakukan oleh konselor. Sementara kegiatan pribadi yang dilakukan secara individual dan kelompok sanggup dilakukan di ruang bimbingan, dengan memakai jadwal di luar jam pelajaran. Adapun kegiatan bimbingan tanpa kontak pribadi dengan siswa sanggup dilaksanakan melalui goresan pena (seperti buku-buku, brosur, atau majalah dinding), kunjungan rumah (home visit), konferensi kasus (case conference), dan alih tangan (referal).

8. Anggaran


Perencanaan anggaran merupakan komponen penting dari manajemen bimbingan dan konseling. Perlu dirancang dengan cermat berapa anggaran yang diharapkan untuk mendukung implementasi program. Anggaran ini harus masuk ke dalam Anggaran dan Belanja Sekolah.

9. Penyiapan Fasilitas


Fasilitas yang diharapkan tersedia di sekolah ialah ruangan daerah bimbingan yang khusus dan teratur, serta perlengkapan lain yang memungkinkan tercapainya proses layanan bimbingan dan konseling yang bermutu. Ruangan hendaknya sedemikian rupa sehingga di satu segi para siswa yang berkunjung ke ruangan tersebut merasa senang, kondusif dan nyaman, serta segi lain di ruangan tersebut sanggup dilaksanakan layanan dan kegiatan bimbingan lainnya sesuai dengan asas-asas dan aba-aba etik bimbingan dan konseling.

Terkait dengan akomodasi bimbingan dan konseling, disini sanggup dikemukakan perihal unsur-unsurnya, yaitu :

  • tempat kegiatan, yang meliputi ruang kerja konselor, ruang layanan konseling dan bimbingan kelompok, ruang tunggu tamu, ruang tenaga administrasi, dan ruang perpustakaan;
  • instrumen dan kelengkapan administrasi, menyerupai : angket siswa dan orang tua, pedoman wawancara, pedoman observasi, format konseling, format satuan layanan, dan format surat referal;
  • Buku-buku panduan, buku informasi perihal studi lanjutan atau kursus-kursus, modul bimbingan, atau buku bahan layanan bimbingan, buku acara tahunan, buku acara semesteran, buku kasus, buku harian, buku hasil wawancara, laporan kegiatan layanan, data kehadiran siswa, leger BK, dan buku realisasi kegiatan BK;
  • perangkat elektronik (seperti komputer, dan tape recorder); dan
  • filing kabinet (tempat penyimpanan dokumentasi dan data siswa).

Di dalam ruangan itu hendaknya juga sanggup disimpan segenap perangkat instrumen bimbingan dan konseling, himpunan data siswa, dan aneka macam data serta informasi lainnya. Ruangan tersebut hendaknya juga bisa memuat aneka macam penampilan, menyerupai penampilan informasi pendidikan dan jabatan, informasi perihal kegiatan ekstra kurikuler, dan sebagainya. Yang tidak kalah penting ialah, ruangan itu hendaklah nyaman yang menjadikan para pelaksana bimbingan dan konseling betah bekerja. Kenyamanan itu merupakan modal utama bagi kesuksesan pelayanan yang terselenggara. Sarana yang diharapkan untuk penunjang layanan bimbingan dan konseling yaitu sebagai berikut.

a. Alat pengumpul data, baik tes maupun non-tes.
Alat pengumpul data berupa tes yaitu: tes inteligensi, tes talenta khusus, tes talenta sekolah, tes/inventori kepribadian, tes/inventori minat, dan tes prestasi belajar. Alat pengumpul data yang berupa non-tes yaitu: pedoman observasi, catatan anekdot, daftar cek, skala penilaian, alat-alat mekanis, pedoman wawancara, angket, biografi dan autobiografi, dan sosiometri.

b. Alat penyimpan data, khususnya dalam bentuk himpunan data.
Alat penyimpan data itu sanggup berbentuk kartu, buku pribadi dan map. Bentuk kartu ini dibentuk sedemikian rupa dengan ukuran-ukuran serta warna tertentu, sehingga gampang untuk disimpan dalam filling cabinet. Untuk menyimpan aneka macam keterangan, informasi atau pun data untuk masing-masing siswa, maka perlu disediakan map pribadi. Mengingat banyak sekali aspek-aspek data siswa yang perlu dan harus dicatat, maka diharapkan adanya suatu alat yang sanggup menghimpun data secara keseluruhan yaitu buku pribadi.

c. Kelengkapan penunjang teknis, menyerupai data informasi, paket bimbingan, alat bantu bimbingan Perlengkapan administrasi, menyerupai alat tulis menulis, format planning satuan layanan dan kegiatan pendukung serta blanko laporan kegiatan, blanko surat, kartu konsultasi, kartu kasus, blanko konferensi kasus, dan acara surat.

10. Pengendalian


Pengendalian yaitu salah satu aspek penting dalam manajemen acara layanan bimbingan dan konseling. Dalam pengendalian program, koordinator sebagai pemimpin forum atau unit bimbingan dan konseling hendaknya mempunyai sifat sifat kepemimpinan yang baik yang sanggup memungkinkan tercisekolahanya suatu komunikasi yang baik dengan seluruh staf yang ada. Personel-personel yang terlibat di dalam program, hendaknya benar-benar mempunyai tanggung jawab, baik tanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diberikan kepadanya maupun tanggung jawab terhadap yang lain, serta mempunyai moral yang stabil.

Pengendalian acara bimbingan ialah :

  • untuk mencipakan suatu koordinasi dan komunikasi dengan seluruh staf bimbingan yang ada, 
  • untuk mendorong staf bimbingan dalam melaksanakan tugas-tugasnya, dan
  • memungkinkan kelancaran dan efektivitas pelaksanaan acara yang telah direncanakan.

Pengawas sanggup melaksanakan pengawasan dan training : apakah acara bimbingan dan konseling yang disusun dilaksanakan sesuai dengan rancangan program?. Apakah terdapat dokumentasi sebagai indikator pencatatan pelaksanaan program?. Pengawas sanggup berdiskusi dengan konselor program-program mana yang sudah dilaksanakan?, apa kendala yang ditemui pada ketika melaksanakan program?, apakah sanggup diidentifikasi keberhasilan yang dicapai program?, apakah sanggup diperoleh informasi dampak pribadi maupun tidak pribadi pelaksanaan acara terhadap siswa, pendidik maupun institusi pendidikan?. Pengawas juga diharapkan memperlihatkan dorongan dan saran-saran bagaimana program-program yang belum terealisasi sanggup dilakukan. Pengawas harus menyebarkan diskusi bersama pimpinan sekolah dan konselor berkenan dengan sumbangan kebijakan, sarana dan prasara untuk keterlaksanaan program.

Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan di bawah tanggung jawab Kepala Sekolah dan seluruh staf. Koordinator bimbingan dan konseling bertanggung jawab dalam menyelenggarakan bimbingan dan konseling secara operasional. Personel lain yang meliputi Wakil Kepala Sekolah, Guru Pembimbing (konselor), guru bidang studi, dan wali kelas mempunyai kiprah dan kiprah masing-masing dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Secara rinci deskripsi kiprah dan tanggung jawab masing-masing personel, serta organisasi bimbingan dan konseling di sekolah sanggup disimak pada artikel Tugas personalia sekolah dalam bimbingan dan konseling

Sunday, 3 February 2019

Jadi Cerdik Fungsi Dan Langkah Aktivitas Remedial Dan Pengayaan Siswa Khusus


Apa yang dilakukan bila ditemui kecerdasan dan bakat istimewa?
Kadang menemukan problem yang memerlukan penanganan khusus, menyerupai contohnya anak yang mempunyai kehusussan fisik, disabilitas intelektual, spectrum autis, problem psikotropika, penelantaran, stress berat s3ksval, yang sulit untuk ditangani di sekolah. Sehingga guru memerluakn kerjasama dengan para jago dan forum lain dari luar sekolah.

Fungsi konseling pada agenda remedial
Konseling dilakukan dikala guru telah memperoleh hasil penilaian otentik penerima didik. Peserta didik yang belum mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan dan guru telah memperoleh banyak sekali data pendukung (laporan orang tua, hasil observasi dan interview penerima didik, hasil investigasi guru BK atau konselor sekolah), maka proses konseling sanggup dilakukan.

Siapa yang mungkin terlibat dalam penanganan siswa khusus?
Dalam problem khusus guru kelas dapt melibatkan:

  • orang bau tanah atau wali murid: memperlihatkan dukungan, melaksanakan kerjasama, memperlihatkan keterangan yang dibutuhkan, bersedia untuk terlibat, pendampingan dan pengawasan terlaksananya pembelajaran remedial untuk siswa khusus.
  • guru bimbingan konseling dan konselor (jika ada): berhubungan dengan guru kelas serta orang bau tanah dalam memperlihatkan derma terlaksananya pembelajaran remedial, serta melaksanakan koordinasi dengan pihak sekolah.
  • ahli: psikolog, neorolog, jago gizi, terapis, dan lain-lain.

Langkah-langkah pelaksanaan agenda remedial dan pengayaan di sekolah


Identifikasi Permasalahan Pembelajaran
Secara umum identifikasi awal bisa dilakukan melalui:
a.Observasi
b.Wawancara terhadap penerima didik atau terhadap orang-orang di lingkungan penerima didik.

Ada 2 Faktor yang sanggup dikenali sebagai hal yang menghipnotis proses pembelajaran, antara lain: faktor internal dan faktor eksternal.

a. Faktor Internal
1) Keadaan Fisik
Adanya variasi pada ciri-ciri fisik penerima didik besar lengan berkuasa pada proses belajar. Peserta didik yang mempunyai kesulitan melihat atau telinga amat mempengaruhinya dalam mendapatkan informasi di kelas.

Berikut ialah langkah-langkah yang perlu dilakukan oleh guru :

  • Memiliki data lengkap keadaan penerima didik (riwayat kesehatan, riwayat lahir, dan pengasuhan).
  • Peka dan tanggap terhadap adanya perbedaan fisik (anak yang terlalu tinggi/pendek, warna kulit yang ekstrem, keadaan fisik yang lemah, kekurangan yang menonjol).
  • Tanggap terhadap perubahan yang terjadi dalam interaksi sesama penerima didik di sekolah (anak yang tiba2 menjadi pendiam atau kasar atau menarik diri).
  • Tanggap terhadap kekhususan pada gerak badan tertentu (kikuk menyerupai yang sering tampak pada anak yang kutu buku, atau anak yang suka melaksanakan gerakan yang berulang-ulang).

2) Keadaan Fisiologis dan Neurologis
Keadaan gizi, kesehatan, riwayat kelahiran sangat menghipnotis kerja otak dan kemudian berdampak pada kemampuan mencar ilmu (konsentrasi, perembesan materi/daya tangkap, berpikir dan logika, dan memproses informasi). Kekhususan Cara Bepikir yang berbeda dengan anak pada umumnya (autis, asperger, add, adhd,dll) juga bisa menjadi hal yang perlu diwaspadai guru, alasannya ialah hal ini berdampak pada kemampuan belajarnya.

Hal-hal yang perlu dilakukan guru:

  • Observasi terhadap setiap respon yang diberikan oleh penerima didik.
  • Wawancara (dialog) dengan penerima didik dan orang bau tanah (Penggalian informasi secara menyeluruh misalnya: kebiasaan, minat-kesukaan, acara sehari-hari).
  • Melakukan konsultasi dengan guru BK atau jago (psikolog, neurolog, terapis).

3) Kepribadian Anak
Kepribadian penerima didik sangat besar lengan berkuasa dalam proses pembelajaran. Terutama bila hal tersebut kurang dipahami oleh guru. Beberapa tipe kepribadian anak menyerupai introvert vs. ekstrovert, asertif vs. pasif, social vs. soliter, dll, perlu dipahami oleh guru sebagai materi dalam mengupayakan penanganan yang tepat. Guru juga perlu memperhatikan banyak sekali modalitas mencar ilmu : gaya belajar, gaya komunikasi, sikap dalam berhadapan dengan k0nflik.

Hal-hal yang perlu dilakukan guru:

  • Melakukan observasi terhadap interaksi penerima didik sehari hari di kelas.
  • Melakukan pencatatan ihwal citra pribadi penerima didik.
  • Melakukan penyusunan data terkait dengan informasi menyeluruh mengenai penerima didik (data kesehatan, informasi seputar diri, data psikologis, dan lain-lain)

4) Potensi Peserta Didik
Kecerdasan (IQ)
Hal-hal yang mencakup kecerdasan antara lain hal-hal yang berkaitan kemampuan verbal, keterampilan problem solving dan kemampuan untuk tanggap dan penyesuaian dengan lingkungan dan problema kehidupan sehari-hari. Guru sanggup memperkirakan potensi tiap penerima didiknya melalui penilaian baik secara eksklusif (melalui pengamatan di kelas) maupun secara tidak eksklusif (melalui wawancara atau project) dari sikap ataupun respon penerima didik.

Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan di atas rata-rata maupun di bawah rata-rata, terkadang mempunyai permasalahan mencar ilmu yang perlu diperhatikan oleh guru.

Hal-hal yang perlu dilakukan guru :

  • Evaluasi eksklusif melalui kegiatan observasi
  • Menggali / mengumpulkan informasi terkait, melalui: wawancara eksklusif penerima didik, orang tua, catatan akademik (di kelas sebelumnya), maupun informasi melalui media massa.
  • Melakukan konsultasi dengan guru BK atau psikolog sekolah atau terapis.

Bakat dan Minat (multiple intelligence, kecenderungan akademik-non akademik)
Ragam potensi yang ada pada diri penerima didik yang bisa dikembangkan.

Hal-hal yang perlu dilakukan guru :

  • Mengenali keberagaman potensi dan bakat tiap penerima didik
  • Menghargai setiap perbedaan bakat yang dimiliki penerima didik
  • Tidak condong terhadap satu jenis bakat/prestasi tertentu (misalnya hanya focus pada penerima didik yang bakir matematika)
  • Memberikan kesempatan yang sama dan adil pada tiap penerima didik untuk unjuk kebolehan.

b. Faktor Eksternal
1) Kepribadian Guru
Kepribadian guru (introvert vs ektrovert, fleksibel vs. rigid, menyukai perubahan vs. menyukai hukum baku, menyenangkan vs. tidak menyenangkan) => berkaitan dengan kemampuan mencar ilmu anak

Hal-hal apa yang harus dilakukan guru :

  • Melakukan penilaian diri (dengan refleksi, meminta masukan dari rekan-rekan guru dan penerima didik)
  • Banyak membaca dan terbuka terhadap perkembangan gres (misalnya, bersedia untuk melaksanakan pembinaan pengembangan diri)

2) Kurikulum
Hal-hal yang perlu dilakukan guru :

  • Memahami betul konten dan tujuan kurikulum (pembelajaran) sehingga ia tahu bagaimana harus mengimplementasikannya pada bermacam-macam situasi.
  • Mampu menentukan pendekatan yang sempurna dalam pembelajaran (kapan guru harus melaksanakan ceramah, diskusi, pengamatan di luar kelas)
  • Peka untuk sanggup menyajikan materi dengan cara bervariasi dan adil
  • Memberikan kiprah yang memadai untuk anak (masuk budi untuk dilakukan)
  • Menciptakan iklim mencar ilmu memotivasi anak untuk terlibat dalam kegiatan belajar,
  • Selalu memperlihatkan solusi dari setiap kesulitan penerima didik dalam memahami materi belajar.

3) Pengasuhan Keluarga (nilai-nilai keluarga, ekspektasi orang tua, sosial ekonomi)
Hal-hal yang perlu dilakukan guru :

  • Melakukan identifikasi problem penerima didik melalui : wawancara orang tua, orang-orang terdekat anak, melaksanakan kunjungan rumah.
  • Menggali harapan-harapan orang bau tanah terkait dengan pendidikan anak-anaknya (misalnya keinginan orang bau tanah yang terlalu tinggi/terlalu rendah sanggup menjadikan anak bermasalah di sekolah).

4) Lingkungan Kelas dan Sekolah
Hal-hal yang perlu dilakukan guru :

  • Memastikan apakah kelas dan lingkungan sekolah sudah memadai untuk kegiatan pembelajaran (misal: penerangan yang memadai, kebersihan sekolah, keberadaan kantin sekolah, kebersihan toilet, ventilasi udara, perpustakaan dan lain-lain).
  • Memastikan apakah sekolah dan lingkungan sekitar dalam kondisi yang aman dan aman bagi pembelajaran (misal: letak toilet yang jauh dari pengawasan guru, memastikan kantin yang bebas dari problem kek3rasan antar penerima didik).
  • Menciptakan suasana mencar ilmu yang aman dan nyaman (misal: memperlihatkan kesempatan bagi anak untuk rileks dan memancing minat mencar ilmu dengan bercerita hal-hal yang ringan atau bernyanyi).

2. Membuat Perencanaan
Setelah melaksanakan identifikasi awal terhadap permasalahan mencar ilmu anak, guru telah memperoleh pengetahuan yang utuh ihwal penerima didik dan mulai untuk menciptakan perencanaan.

Penetapan Perencanaan dilakukan melalui beberapa tahapan :

  • Menetapkan Tujuan Pembelajaran
  • Mengadaptasikan Kurikulum
  • Menyiapkan Media Pembelajaran
  • Menetapkan Strategi Pembelajaran
  • Menyiapkan materi-materi pendukung

3. Pelaksanaan Program Remedial dan Pengayaan
Setelah perencanaan disusun, langkah selanjutnya ialah melaksanakan agenda pembelajaran remedial. Ada 3 fokus pementingan :

  • Penekanan pada keunikan penerima didik
  • Penekanan pada penyesuaian materi ajar
  • Penekanan pada strategi/metode pembelajaran

4. Evaluasi
Evaluasi melalui penilaian otentik dilakukan sesudah agenda Remedial simpulan dilaksanakan.

Berdasarkan hasil evaluasi, bila penerima didik belum mencapai kompetensi minimal (tujuan) yang ditetapkan guru, maka guru perlu meninjau kembali taktik pembelajaran yang diterapkannya atau melaksanakan identifikasi (analisa kebutuhan) terhadap penerima didik dengan lebih seksama.Apabila ternyata ditemukan problem khusus di luar kompetensi guru, guru sanggup menkonsultasikan dengan orang bau tanah untuk selanjutnya dirujuk atau dilakukan konsultasi dengan ahli.

Apabila penerima didik berhasil mencapai atau melampaui tujuan yang ditetapkan, guru berhasil memperlihatkan pembelajaran yang kaya dan bermakna bagi penerima didik, hal ini bisa dipertahankan sebagai materi tumpuan untuk rekan guru lainnya atau bisa lebih diperkaya lagi.

Monday, 18 November 2019

Lebih Cendekia Karya Ilmiah Guru “Penerapan Pendidikan Abjad Pada Siswa Dalam Menumbuhkan Langsung Yang Berakhlakul Karimah” Oleh Hj. Nunung Hanurawati, M.Pd

A. Pendahuluan

1. Latar Belakang

Pemahaman guru terhadap karakteristik penerima didik ini memperlihatkan citra bagi para guru, dari sisi mana potensi penerima didik, kelemahannya sanggup dibantu atau ditumbuhkan dan kelebihan apa yang perlu menerima perhatian untuk dikembangkan. Potensi yaitu kesanggupan, daya, kemampuan untuk lebih berkembang.

Potensi penerima didik yaitu kapasitas atau kemampuan dan karakteristik/sifat individu yang bekerjasama dengan sumber daya insan yang mempunyai kemungkinan dikembangkan dan atau menunjang pengembangan potensi lain yang terdapat dalam diri penerima didik. Setiap penerima didik yaitu individu yang unik. Unik alasannya yaitu mereka mempunyai potensi dan kemampuan yang berbeda antara satu dengan yang lain.

Moral merupakan aspek sikap atau sikap yang sering ditunjukkan penerima didik dari fatwa wacana baik, jelek yang diterima umum mengenai sebuah respon tindakan atau perbuatan yang dalam perspektif agama sering kita kenal dengan istilah akhlak, kebijaksanaan pekerti, susila. sebagai pola prilaku jelek penerima didik yaitu tidak menghargai guru, membuat onar dikelas, sering ribut dengan teman, suka berantem, mengganggu sahabat ketika sedang belajar, usil dan lain sebagainya.

Sedangkan untuk bermoral baik, ditunjukkan sikap sopan, jujur, patuh, taat, yang untuk budaya timur ibarat hormat pada yang bau tanah lewat tutur bahasa yang lembut, menghargai nilai adat istiadat sehingga seseorang bisa dinilai bermoral sudah mulai  menunjukkan atau bahkan sudah menjalankan dengan mempunyai pertimbangan baik jelek dalam perbuatannya baik bagi alam, dirinya, dan orang lain.


Seorang guru yaitu panutan dan pola yang realalita kasatmata dilihat dan diperhatikan tingkah lakunya, mulai dari berjalan, bertutur kata, bahkan marahnya pun diperhatikan oleh penerima didik ibarat Akronim GURU tingkah lakunya harus di gugu dan di tiru. Dengan kata lain ke mana dan di manapun kita berada sejatinya guru harus mempunyai kepribadian yang sopan, santun, dan sebisa mungkin dijadikan cermin bagi penerima didiknya.

2. Tujuan

Dengan menerapkan pendidikan aksara pada siswa diharapkan:

Bertingkah laris sesuai dengan usianya, berkepribadian yang menjunjung nilai moral, sopan dan santun, mengasihi dan menghargai teman, menghormati guru, menghormati yang lebih bau tanah dan mengasihi yang lebih muda.

3. Ruang Lingkup Tulisan

Ruang lingkup dalam goresan pena ini dibatasi dalam 3 hal yaitu:

a. Lingkup keluarga

Merupakan wahana pembelajaran dan adaptasi nilai-nilai kebaikan yang dilakukan oleh orang bau tanah dan orang cukup umur lain di keluarga. Sehingga melahirkan anggota keluarga yang berkarakter.

b. Lingkup satuan pendidikan

Merupakan wahana pembinaan dan pengembangan aksara yang dilaksanakan dengan pendekatan sebagai berikut:
     Pengintegrasian pada semua mata pelajaran
     Pengembangan budaya sekolah
     Melalui kegiatan kurikuler dan ektrakurikuler
     Pembiasaan prilaku dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan sekolah

B. Tinjauan Pustaka


Menurut Suyatno Pendidikan aksara yaitu cara berfikir dan berprilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, maupun Negara.

Menurut Kertajaya Pendidikan aksara yaitu ciri khas yang dimiliki oleh suatu benda atau individu. Ciri khas tersebut yaitu orisinil dan mengakar pada kepribadian benda atau individe tersebut, serta merupakan “mesin” yang mendorong bagaimana seseorang bertindak, bersikap, berucap, dan merespon sesuatu.

Menurut Thomas Lickona Pendidikan aksara yaitu suatu perjuangan yang disengaja untuk membantu seseorang sehingga ia sanggup memahami, memperhatikan, dan melaksanakan nilai-nilai etika yang inti.
Kesimpulan yang di padukan dari para mahir diatas bahwa Pendidikan aksara yaitu suatu perjuangan yang disengaja untuk membantu seseorang dalam membuatkan potensi untuk memahami dirinya sehingga sanggup berfikir  berprilaku, bekerjasama baik dalam lingkup keluarga, bangsa maupun Negara.

C. Tujuan Penelitian

Membentuk kepribadian siswa lebih baik dan berkarakter sehingga sanggup membuatkan potensi dirinya jauh lebih baik dan berahlakul karimah.

D. Metode Penelitian

Pendidikan aksara sanggup dilakukan dengan banyak sekali pendekatan dan sanggup berupa banyak sekali kegiatan yang dilakukan secara intra kurikuler maupun ekstra kurikuler.Kegiatan intra kurikuler terintegrasi ke dalam mata pelajaran, sedangkan kegiatan ekstra kurikuler dilakukan di luar jam pelajaran.

Strategi dalam pendidikan aksara sanggup dilakukan melalui sikap-sikap sebagai berikut.:   
      
    Keteladanan
    Penanaman kedisiplinan
    Pembiasaan
    Menciptakan suasana yang konduksif

1)   Keteladanan     

Keteladanan mempunyai bantuan yang sangat besar dalam mendidik karakter. Keteladanan guru dalam banyak sekali aktivitasnya akan menjadi cermin siswanya. Oleh alasannya yaitu itu, sosok guru yang bisa diteladani siswa sangat penting. Guru yang suka dan terbiasa membaca dan meneliti, disiplin, ramah, berakhlak contohnya akan menjadi teladan yang baik bagi siswa, demikian juga sebaliknya.

Sebagaimana telah dikemukakan, yang menjadi problem yaitu bagaimana menjadi sosok guru yang bisa diteladani, alasannya yaitu semoga bisa diteladani dibutuhkan banyak sekali upaya semoga seorang guru memenuhi standar kelayakan tertentu sehingga ia memang patut dicontoh siswanya. Memberi pola atau memberi teladan merupakan suatu tindakan yang gampang dilakukan guru, tetapi untuk menjadi pola atau menjadi teladan tidaklah mudah.

Keteladanan lebih mengedepankan aspek sikap dalam bentuk tindakan kasatmata daripada sekedar berbicara tanpa aksi.Apalagi didukung oleh suasana yang memungkinkan anak melakukannya ke arah hal itu.

2) Penanaman atau Penegakan Kedisiplinan  

Disiplin pada hakikatnya yaitu suatu ketaatan yang sungguh-sungguh yang didukung oleh kesadaran untuk menunaikan kiprah kewajiban serta berperilaku sebagaimana mestinya berdasarkan aturan-aturan atau tata kelakuan yangseharusnya berlaku di dalam suatu lingkungan tertentu.Realisasinya harus terlihat (menjelma) dalam perbuatan atau tingkah laris yang nyata, yaitu perbuatan tingkah laris yang sesuai dengan aturan-aturan atau tata kelakuan yang semestinya.
Kedisiplinan menjadi alat yang ampuh dalam mendidik karakter.Banyak orang sukses alasannya yaitu menegakkan kedisiplinan.Sebaliknya, banyak upaya membangun sesuatu tidak berhasil alasannya yaitu kurang atau tidak disiplin.Banyak jadwal yang telah ditetapkan tidak sanggup berjalan alasannya yaitu kurang disiplin.

Kita masih sering terlambat alasannya yaitu sering tidak bisa menepati waktu.Oleh alasannya yaitu itu, betapa pentingnya menegakkan disiplin semoga sesuatu yang diinginkan sanggup tercapai dengan sempurna waktu.Dengandemikian, penegakan kedisiplinan merupakan salah satu taktik dalam membangun aksara seseorang. Jika penegakan disiplin sanggup dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus, maka lama-kelamaan akan menjadi habit atau kebiasaan yang positif.

Menanamkan prinsip semoga penerima didik mempunyai pendirian yang kokoh merupakan potongan yang sangat penting dari taktik menegakkan disiplin.Dengan demikian, penegakan disiplin sanggup juga diarahkan pada penanaman nasionalisme, cinta taha air, dan lain-lain.
Banyak cara dalam menegakkan kedisiplinan, terutama di sekolah. Misalnya dalam mata pelajaran pendidikan jasmani, guru selalu memanfaatkan pada ketika perjalanan dari sekolah menuju lapangan olahraga, murid diminta berbaris secara rapi dan tertib, sehingga tampak kompak dan menarik bila dibandingkan dengan berjalan sendiri-sendiri. Jika hal ini sanggup dilakukan, makapengguna jalan akan menghormati dan mempersilahkan bejalan lebih dahulu, bahkan sanggup mengurangi resiko keamanan yang tidak diinginkan. Nilai-nilai yang sanggup dipetik antara lain kebersamaan, kekompakan, kerapian, ketertiban, dan lain-lain.

Kegiatan upacara yang dilakukan setiap hari tertentu kemudian dilanjutkan dengan investigasi kebersihan dan potong kuku, pengecekan ketertiban sikap dalam mengikuti upacara sanggup dipakai sebagai upaya penegakan kedisiplinan.

Guru sebagai teladan harus tiba pagi dan tidak terlambat. Begitu tiba di sekolah, guru sudah berdiri di depan pintu dan menyambut bawah umur yang tiba dengan menyalaminya.

3) Pembiasaan

Pembiasaa berbaris sebelum memasuki ruang kelas, berdoa sebelum dan setelah belajar, sepuluh menit gerakan membaca, mengangkat tangan apabila akan bertanya atau meminta izin kebelakang, mentaati tata tertib, meminta maaf apabila melaksanakan kesalahan, bertutur kata dengan sopan yaitu beberapa pola adaptasi yang apabila dilakukan akan berdampak lebih baik dan menunjang pembentukan aksara siswa.

4) Menciptakan suasana kondusif

Dalam proses mencar ilmu mengajar suasana aman yaitu dambaan setiap pendidik, alasannya yaitu akan membuat ketercapaian tujuan mengajar atau mendidik, nilai plus yang akan diterima baik oleh siswa ataupun pendidik, suasana yang nyaman tidak mengakibatkan keonaran, kejenuhan, ataupun tidak termotivasinya siswa untuk mencar ilmu yaitu hal-hal yang harus di luruskan oleh seorang pendidik. Itulah pentingnya penerapan pendidikan aksara yang di masukan pada setiap mata pelajaran semoga pembelajaran menerap pada setiap hati penerima didik yang akan menjadi generasi yang mempunyai aksara yang baik sesuai dengan keinginan agama dan bangsa.

E. Hasil Pembahasan

Pendidikan yaitu suatu perjuangan sadar dan sistematis dalam membuatkan potensi penerima didik. Menurut wikipedia Pendidikan yaitu pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Pendidikan disini ditujukan kepada siswa sekolah dasar, sebagai bekal kelak supaya berkpribadian baik dan berakhlakul karimah.

Karakter atau watak yaitu sifat batin yang memengaruhi segenap pikiran, perilaku, kebijaksanaan pekerti, dan watak yang dimiliki insan atau makhluk hidup lainnya. Lebih lengkap lagi aksara yaitu nilai-nilai yang khas, baik watak, budpekerti atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi banyak sekali kebijakan yang diyakini dan dipergunakan sebagai cara pandang, berpikir, bersikap, berucap dan bertingkah laris dalam kehidupan sehari-hari.

Penerapan Pendidikan Karakter yaitu perjuangan sadar dan berkala untuk mewujudkan suasana serta proses pemberdayaan potensi dan pembudayaan penerima didik guna membangun aksara langsung atau kelompok yang unik baik sebagai warga negara.

Satuan pendidikan bahwasanya selama ini sudah membuatkan dan melaksanakan nilai-nilai pembentuk aksara melalui jadwal operasional satuan pendidikan masing-masing. Hal ini merupakan prakondisi pendidikan aksara pada satuan pendidikan yang untuk selanjutnya pada ketika ini diperkuat dengan 18 nilai hasil kajian empirik Pusat Kurikulum. Nilai prakondisi (the existing values) yang dimaksud antara lain takwa, bersih, rapih, nyaman, dan santun.

Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan aksara telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan pendidikan nasional, yaitu: Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan,Cinta TanahAir,Menghargai Prestasi,  Bersahabat/Komunikatif, Cinta Damai,Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial  Tanggung Jawab, Religius. (Puskur. Pengembangan dan Pendidikan Budaya & Karakter Bangsa: Pedoman Sekolah. 2009:9-10). Nilai dan deskripsinya terdapat dalam Lampiran 1.)

Meskipun telah terdapat 18 nilai pembentuk aksara bangsa, namun satuan pendidikan sanggup memilih prioritas pengembangannya dengan cara melanjutkan nilai prakondisi yang diperkuat dengan beberapa nilai yang diprioritaskan dari 18 nilai di atas. Dalam implementasinya jumlah dan jenis aksara yang dipilih tentu akan sanggup berbeda antara satu kawasan atau sekolah yang satu dengan yang lain. Hal itu tergantung pada kepentingan dan kondisi satuan pendidikan masing-masing. Di antara banyak sekali nilai yang dikembangkan, dalam pelaksanaannya sanggup dimulai dari nilai yang esensial, sederhana, dan gampang dilaksanakan sesuai dengan kondisi masing-masing sekolah/wilayah, yakni bersih, rapih, nyaman, disiplin, sopan dan santun.

Pendidikan aksara yaitu pendidikan yang menekankan pada pembentukan nilai-nilai karakterpada anak didik. Saya mengutip empat ciri dasar pendidikan aksara yang dirumuskan oleh seorang penggagas pendidikan aksara dari Jerman yang berjulukan FW Foerster:

1.   Pendidikan aksara menekankan setiap tindakan berpedoman terhadap nilai normatif. Anak didik menghormati norma-norma yang ada dan berpedoman pada norma tersebut.
2.   Adanya koherensi atau membangun rasa percaya diri dan keberanian, dengan begitu anak didik akan menjadi langsung yang teguh pendirian dan tidak gampang terombang-ambing dan tidak takut resiko setiap kali menghadapi situasi baru.
3.   Adanya otonomi, yaitu anak didik menghayati dan mengamalkan hukum dari luar hingga menjadi nilai-nilai bagi pribadinya. Dengan begitu, anak didik bisa mengambil keputusan sanggup berdiri diatas kaki sendiri tanpa dipengaruhi oleh desakan dari pihak luar.
4.   Keteguhan dan kesetiaan. Keteguhan yaitu daya tahan anak didik dalam mewujudkan apa yang dipandang baik. Dan kesetiaan marupakan dasar penghormatan atas kesepakatan yang dipilih.

Pendidikan aksara penting bagi pendidikan di Indonesia. Pendidikan aksara akan menjadi basic atau dasar dalam pembentukan aksara berkualitas bangsa, yang tidak mengabaikan nilai-nilai sosial ibarat toleransi, kebersamaan, kegotongroyongan, saling membantu dan mengormati dan sebagainya.Pendidikan aksara akan melahirkan langsung unggul yang tidak hanya mempunyai kemampuan kognitif saja namun mempunyai aksara yang bisa mewujudkan kesuksesan.

F. Kesimpulan dan Saran

Pendidikan aksara hendaknya dirumuskan dalam kurikulum, diterapkan metode pendidikan, dan dipraktekkan dalam pembelajaran. Selain itu, di lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar juga sebaiknya diterapkan pola pendidikan karakter. Dengan begitu, generasi-generasi Indonesia nan unggul akan dilahirkan dari sistem pendidikan karakter.

G. Daftar Rujukan

ü Dorothy Law Nolte, Dryden dan Vos, Revolusi Cara Belajar.Terjemahan word Translation service.(Bandung:Kaifa,2000)
ü Heri gunawan, Pendidikan Karakter “konsep dan Implementasi” ( Bandung : Cv.  Alfabeta, 2012)
ü M. Furqon Hidayatullah, Pendidikan Karakter Membangun Peradaban      Bangsa,(Kadipiro Surakarta,2010)
ü Muchlas Samani, Hariyanto, Konsep dan model Pendidikan Karakter,(Bandung:    PT Remaja Rosdakarya 2014)

Penulis : Hj. Nunung Hanurawati, M.Pd. (Guru SDN Kebonsari I Cilegon)

Ingin mengirimkan goresan pena karya orisinil Anda untuk dimuat di Cara Mempublikasikan / Menerbitkan Karya Tulis Gratis Secara Online di www.salamedukasi.com