Pengajaran keterampilan bahasa dan sastra Indonesia mencakupi keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, keterampilan berbicara, dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut selalu berkait satu dengan yang lain. Di antara keterampilan tersebut keterampilan mendengarkan dan keterampilan membaca merupakan keterampilan reseptif, sedangkan keterampilan berbicara dan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif.
Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus diajarkan pada siswa. Keterampilan menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan menulis merupakan syarat untuk berkecimpung dalam banyak sekali macam bidang atau kegiatan. Hal ini mengandung pengertian betapa pentingnya keterampilan dan kemampuan menulis dalam kehidupan sehari-hari.
Tulisan imajinatif yang merupakan goresan pena kreatif, dalam hal ini sanggup berupa cerpen, cerpen, novelet, dan novel. Dalam kajian ini dipilih cerpen sebagai objek penelitian. Pemilihan cerpen sebab cerpen tidak memerlukan waktu yang usang untuk membuatnya sebab bentuknya yang lebih pendek daripada novel, begitu pun untuk membacanya, sehingga cerpen sering disebut bacaan yang sanggup dibaca sekali duduk.
Bahasa yang dipakai dalam cerpen pun memakai bahasa yang sederhana, lebih sederhana jikalau dibandingkan dengan bahasa dalam cerpen yang memiliki arti lebih kompleks, serta berupa pemadatan kata yang di dalamnya menceritakan gagasan, perasaan ataupun pengalaman penulisnya.
Keterampilan menulis cerpen bukanlah sesuatu yang sanggup diajarkan melalui uraian atau klarifikasi semata-mata. Siswa tidak akan memperoleh keterampilan menulis hanya dengan duduk, mendengarkan klarifikasi guru, dan mencatat klarifikasi guru. Keterampilan menulis cerpen sanggup ditingkatkan dengan melaksanakan aktivitas menulis cerpen secara terus-menerus sehingga akan mensugesti hasil dan prestasi siswa dalam menulis cerpen. Hasil dan prestasi sanggup meningkat apabila ada perubahan perilaku dan tingkah laris siswa baik pada aspek pengetahuan, keterampilan maupun psikomotor.
Tidak sedikit siswa yang mengalami kendala dalam membuatkan keterampilan menulis cerpen. Hal ini juga dialami siswa kelas X MA Al Falah Branta Tinggi Tlanakan Pamekasan, hambatan-hambatan tersebut ialah daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang dipakai dalam menulis cerpen kurang bervariasi, kesulitan memilih tema, dan kurang sanggup membuatkan ide.
Proses berguru mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah umumnya berorientasi pada teori dan pengetahuan semata-mata sehingga keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis kurang sanggup perhatian. Ide, gagasan, pikiran, dan perasaan mereka berlalu begitu saja, tidak diungkapkan khususnya dalam bentuk karya sastra.
Keterampilan menulis cerpen yang diajarkan di sekolah-sekolah selama ini memakai metode konvensional. Peran guru amat lebih banyak didominasi dalam proses pembelajaran. Siswa kurang aktif dan sering kali metode ini mengakibatkan kebosanan bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen sehingga karya yang dihasilkan siswa kurang maksimal.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Proposal Penelitian Metode Pembelajaran Probing Prompting.
Tujuan Penelitian: Berdasarkan rumusan dilema di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini yakni Untuk mengetahui peningkatan hasil berguru siswa melalui pembelajaran probing-prompting pada pokok bahasan ruang dimensi tiga.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang sanggup diambil dalam penelitian ini yakni sebagai berikut :
Bagi Kepala Sekolah; Sebagai materi pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas berguru mengajar khusunya pada bidang studi matematika.
Bagi Guru Bidang Studi Matematika; Sebagai materi pola dan memperlihatkan alternatif dalam memakai teknik pembelajaran pada bidang studi matematika.
Bagi Peneliti Sebagai Calon Guru; Dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk memperluas wawasan perihal disiplin ilmu yang ditekuni serta sebagai bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.
Bagi Universitas; Menambah koleksi rujukan di lingkungan Universitas pada umumnya dan FKIP pada khususnya serta hasil penelitian ini sanggup dijadikan dasar pemikiran untuk melaksanakan penelitian berikutnya.
Proposal skripsi ihwal "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Pembelajaran Aktif Explicit Instruction Pada Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar". Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Pendidikan matematika merupakan induk dari ilmu pengetahuan. Dalam banyak sekali diskusi pendidikan di Indonesia salah satu sorotan yaitu mutu pendidikan yang dinyatakan rendah dibandingkan dengan mutu pendidikan Negara lain. Salah satu indikator yaitu mutu pendidikan matematika yang disinyalir telah tergolong memprihatinkan yang ditandai dengan rendahnya nilai rata-rata matematika siswa disekolah yang masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan nilai pelajaran lain.
Sedangkan salah satu agenda pendidikan yang sangat mendukung perkembangan IPTEK yaitu matematika . Oleh alasannya yaitu itu solusi dari guru lebih di harapkan untuk berbagi kreatifitas berfikir yang sanggup meningkatkan kemampuan berfikir siswa , serta sanggup meningkatkan kemampuan menkontruksi terhadap bahan pembelajaran.
Di Indonesia , hal klasik semacam itu terus berlanjut hingga kini alasannya yaitu baik semua dari bermacam kurikulum hingga kini yang berlaku dikala ini tujuannya yaitu sama , yaitu Active Learning untuk melakukan pembelajaran aktif di Indonesia , terutama terkait realitas terlalu banyaknya jumlah siswa dalam satu kelas.
Untuk mengatasi dan meningkatkan mutu pendidikan matematika yang selama ini sangat rendah maka guru dituntut menciptakan terobosan gres dengan tujuan untuk menciptakan pembelajaran lebih inovatif dan menyenangkan sehingga siswa terdorong untuk sanggup mencar ilmu secara optimal baik dalam mencar ilmu berdikari maupun di dalam pembelajaran di kelas.
Salah satu metode pembelajaran yang akan di terapkan untuk menciptakan suasana yang inovatif dan menyenangkan pada pelajaran matematika yaitu metode pembelajaran aktif EXPLICIT INSTUCTION .
Explicit Instruction yaitu salah satu pendekatan mengajar yang dirancang khusus untuk menunjang proses mencar ilmu siswa. Metode ini berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural yang terstruktur dan sanggup diajarkan dengan contoh aktivitas yang bertahap, selangkah demi selangkah. Metode ini sering dikenal dengan model Pengajaran Langsung.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Proposal Penelitian Metode Talking Stick Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa ini lengkap dengan beberapa lampiran yang mungkin anda butuhkan. Seperti belahan I hingga III, laporan validator, rpp, soal latihan siswa dan lain-lain.
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain: Untuk mendeskripsikan pembelajaran metode talking stick untuk meningkatkan hasil berguru siswa pada materi prisma dan limas di kelas. Untuk mendeskripsikan respon berguru siswa terhadap pembelajaran metode talking stick untuk meningkatkan hasil berguru siswa pada materi prisma dan limas. Untuk mendeskripsikan hasil berguru siswa terhadap pembelajaran metode talking stick untuk meningkatkan hasil berguru siswa pada materi prisma dan limas
Manfaat Penelitian
Manfaat yang sanggup diambil dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Kepala Sekolah Sebagai materi pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas berguru mengajar khususnya pada bidang studi matematika.
2. Bagi Guru Bidang Studi Matematika Sebagai materi pola dan memperlihatkan alternatif dalam penggunaan model pembelajaran pada bidang studi matematika.
3. Bagi Peneliti Sebagai Calon Guru Dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk memperluas wawasan perihal disiplin ilmu yang ditekuni serta sebagai bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.
4. Bagi Universitas Menambah koleksi tumpuan di lingkungan Universitas Madura pada umumnya dan FKIP pada khususnya serta hasil penelitian ini sanggup dijadikan dasar pemikiran untuk melaksanakan penelitian berikutnya.
5. Bagi Siswa
Dengan adanya variasi model pembelajaran diperlukan bias memperlihatkan suatu motivasi pada siswa untuk berguru lebih aktif.
Download pola skripsi wacana "penerapan model pembelajaran kooperatif dengan pendekatan tutor sebaya pada pokok bahasan bilangan bundar dan pecahan" S1. Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Prestasi mencar ilmu yang dicapai akseptor didik merupakan citra dari keberhasilan seorang guru dalam mengelola proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilakukan seorang guru terkait dengan perencanaan, persiapan, dan ketetapan menentukan model pembelajaran, serta pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Proses pembelajaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan seorang guru dalm memberikan sebuah materi atau materi bimbing akan kuat besar terhadap dan menentukan hasil mencar ilmu serta ketuntasan mencar ilmu akseptor didik dalam suatu bidang studi atau materi pokok tertentu.
Hasil mencar ilmu bersifat kuantitatif dan kualitatif. Hasil mencar ilmu yang bersifat kuantitatif sanggup dilihat dari niali hasil mencar ilmu yang berupa angka-angka. Sedangkan hasil mencar ilmu yang bersifat kualitatif sanggup dilihat dari perubahan-perubahan yang terjadi pada akseptor didik. Perubahan-perubahan itu sanggup berupa perubahan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Ketuntasan mencar ilmu merupakan kemampuan akseptor didik dalam memahami dan menerapkan konsep-konsep yang telah dipelajarinya pada suatu bidang studi atau materi pokok tertentu. Salah satu indikator ketuntasan mencar ilmu ini sanggup dilihat dari hasil mencar ilmu sebagaimana terurai diatas.
Betapapun keterampilan seorang guru dalam mengelola kegiatan pembelajaran di dalam kelas sangat kuat terhadap pencapaian hasil mencar ilmu atau prestasi mencar ilmu siswa. Guru yang dipandang sebagai biro modernisasi dan penemuan dalam segala bidang, perjuangan utama yang sanggup dilakukan ialah melalui aktivitas pendidikan di sekolah untuk mempersiapkan dan menghasilkan sumber daya insan yang berkualitas dan berdaya guna bagi pengembangan masyarakat.
Peran penting guru dalam pencapaian tujuan pendidikan merupakan tuntutan tersendiri bagi diri dan profesinya untuk mempunyai kemampuan dan keterampilan yang memadai. Termasuk di dalamnya kemampuan menguasai dan keterampilan memakai aneka macam seni administrasi dan metode pembelajaran dalam proses mencar ilmu mengajar.
Guru yang kaya dan menguasai aneka macam seni administrasi dan pembelajaran akan lebih memungkinkan bagi dirinya untuk mendesain dan membuat suasana pembelajaran yang kreatif dan inovatif. Pembelajaran yang kreatif dan inovatif pada gilirannnya akan membuat siswa nyaman dan bahagia dalam belajar, sehingga mencar ilmu menjadi tidak jenuh. Dalam pendidikan, seorang siswa dipandang sebagai titik sentra proses belajar.
Siswa sebagai subjek yang berkembang melalui pengalaman belajar. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan motivator mencar ilmu siswa, membantu dan menunjukkan akomodasi semoga siswa mendapat pengalaman mencar ilmu sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya sehingga terjadilah suatu interaksi aktif antar guru dengan siswa.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Contoh skripsi tantang "metode guide note taking dan prediction guide pada pokok bahasan lingkaran" Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
1. Pengertian Pembelajaran Matematika Pembelajaran ialah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa dalam mencar ilmu bagaimana mencar ilmu memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan, dan sikap. pembelajaran matematika ialah suatu proses yang diselengarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika (Junaidi, 2010: 1).
Pembelajaran ialah upaya untuk membuat iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat dan kebutuhan penerima didik yang bermacam-macam semoga terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antara siswa dengan siswa lain. Trianto (2009: 15) menyebutkan bahwa pembelajaran ialah proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa bagaimana mencar ilmu memperoleh dan memproses pengetahuan, keterampilan dan sikap. Proses pembelajaran terjadi apabila ada interaksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa lain. Dengan melaksanakan pembelajaran siswa diperlukan sanggup mengalami perubahan tingkah laris contohnya dari tidak bisa menjadi bisa bahkan sanggup menambah pengetahuan bernalarnya dan kemampuan berpikir kritis.
Matematika mempunyai ciri-ciri penting yaitu mempunyai objek yang abnormal dan mempunyai contoh pikir yang deduktif maksudnya kebenaran suatu konsep matematika atau pernyataan yang diperoleh sebagai jawaban logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antara konsep atau pernyataan dalam matematika bersifat konsisten. hakekat matematika ialah ide, struktur dan korelasi yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prisip dan keterampilan.
Pembelajaran matematika di sekolah diadaptasi dengan kekhasan dengan mempertimbangkan tingkat perkembangan berpikir siswa. Pembelajaran matematika di sekolah mencakup 3 aspek yaitu aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotor. Pengukuran ketiga aspek ini dilakukan secara serempak, terus menerus dan berkesinambungan sehingga siswa menguasai konsep dasar. Hal ini merupakan kiprah dari seorang guru.
Dari uraian-uraian di atas maka, pembelajaran matematika ialah proses interaksi guru dengan siswa serta siswa dengan siswa lain untuk memperoleh dan memperoses pengetahuan, keterampilan dan sikap sehingga sanggup mengalami perubahan sikap dan tingkah laris demi tercapainya hasil mencar ilmu matematika sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
2. Pengertian Hasil Belajar Hasil Belajar ialah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2012: 5). Menurut pemikiran Gagne (Suprijono,2012: 5), hasil mencar ilmu adalah:
Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik verbal maupun tertulis. Kemampuan merespons secara spesifik terhadap rangsanngan spesifik.
Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang atau kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan berbagi prinsip-prinsip keilmuan.
Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan kegiatan kognitifnya sendiri atau kemampuan yang mencakup penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
Keterampilan motorik yaitu kemampuan melaksanakan serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
Sikap ialah kemampuan mendapatkan atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut atau kemampuan menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai sebagai standart perilaku.
Menurut Bloom (Suprijono, 2012: 6), hasil mencar ilmu ialah kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Kognitif ialah pengetahuan, pemahaman, menerapkan, menguraikan, merencanakan dan menilai. Afektif ialah sikap menerima, memperlihatkan respons, nilai, organisasi dan karakterisasi. Psikomotor ialah keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial dan intelektual.
Sementara berdasarkan lindgren (Suprijono, 2012: 7). hasil pembelajaran mencakup kecakapan, informasi, pengertian dan sikap. Jadi, hasil mencar ilmu ialah perubahan sikap secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusian saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar pendidikan sebagaimana diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprensif.
3. Tujuan Pembelajaran Matematika Tujuan pembelajaran matematika ialah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistimatis dan mempunyai sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupun dalam kehidupan sehari-hari (Junaidi, 2010: 1).
Sedangkan tujuan mata pelajaran matematika menyerupai yang tertuang dalam Standar Isi (SI) Mata Pelajaran Matematika untuk semua satuan pendidikan Dasar dan Menengah adalah:
Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritma secara luwes, akurat, efisien, dan sempurna dalam pemecahan masalah.
Menggunakan budi sehat pada contoh dan sifat, melaksanakan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.
Memecahkan problem yang mencakup kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menuntaskan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.
Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah. (Wardhani, 2008: 8)
4. Komponen Pembelajaran Matematika Proses mencar ilmu mengajar matematika yang lebih dikenal dengan istilah pembelajaran matematika merupakan suatu sistem kerja yang terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu dengan lainnya sehingga tujuan tercapai.
Adapun proses pembelajaran matematika mengandung sejumlah komponen yang meliputi: 1) tujuan, 2) materi pelajaran, 3) kegiatan mencar ilmu mengajar, 4) metode, 5) alat dan sumber, serta 6) penilaian (Djamarah & Zain, 2010: 41)
Penjelasan dari setiap komponen tersebut adalah: a. Tujuan Tujuan ialah suatu harapan yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan dalam hal ini ialah tujuan pembelajaran matematika. Tujuan pembelajaran ini ialah komponen yang sanggup menghipnotis komponen pembelajaran lainnya.
b. Bahan Pelajaran Bahan pelajaran ialah substansi yang akan disampaikan dalam proses mencar ilmu mengajar. Tanpa materi pelajaran proses pembelajaran tidak akan berjalan. Bahan pelajaran ini terdiri dari materi pelajaran pokok dan materi pelajaran pelengkap. Bahan pelajaran pokok ialah materi pelajaran yang menyangkut bidang studi atau mata pelajaran yang dipegang oleh guru sesuai dengan disiplin keilmuaannya. Dalam hal ini ialah materi pelajaran matematika. Sedangkan materi pelajaran komplemen ialah wawasan keilmuwan yang menunjang penyampaian materi pelajaran pokok.
c. Kegiatan Belajar Mengajar Kegiatan mencar ilmu mengajar ialah inti kegiatan dalam pendidikan. Segala sesuatu yang telah diprogramkan akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran ini akan melibatkan semua komponen pengajaran. Selain itu, proses pembelajaran akan memilih sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan sanggup tercapai.
d. Metode Metode ialah suatu cara yang diperguanakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam proses pembelajaran, metode dieperlukan oleh guru dan penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai sehabis proses pembelajaran selesai.
e. Alat Alat ialah segala sesuatu yang sanggup dipakai dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. Sebagai segala sesuatu yang sanggup dipakai dalam mencapai tujuan pembelajaran, alat mempunyai fungsi, yaitu alat sebagai perlengkapan, alat sebagai pembantu mempermudah perjuangan mencapai tujuan, dan alat sebagai tujuan.
f. Sumber Pelajaran Sumber pelajaran ialah sesuatu yang sanggup dipergunakan sebagai kawasan di mana materi pelajaran berada atau asal untuk mencar ilmu seseorang. Dengan demikian sumber pelajaran itu merupakan materi atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung hal-hal gres bagi pebelajar.
g. Evaluasi Evaluasi ialah suatu tindakan atau suatu proses memilih nilai dari sesuatu dalam hal ini ialah hasil mencar ilmu siswa sehabis proses pembelajaran.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Skripsi Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Kelas Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 wacana sisdiknas dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan meningkatkan kualitas insan Indonesia yaitu insan yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.
Untuk mencapai tujuan pendidikan tersebut tidak lepas dari persoalan-persoalan bagaimana seorang pendidik memberikan ilmu pengetahuan dan perjuangan menawarkan bimbingan kepada anak biar sanggup menimbulkan kemauan berguru khususnya pelajaran matematika. Sejalan dengan hal ini pemerintah senantiasa berusaha meningkatkan kualitas pendidikan antara lain dengan penyempurnaan kurikulum, penyediaan buku-buku bermutu, dan peningkatan profesionalisme guru melalui pelatihan-pelatihan maupun studi lanjut. Semua ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan yang masih dirasa kurang.
Banyak faktor yang mempengaruhi hasil berguru siswa diantaranya ialah faktor guru dan metode pembelajaran yang digunakan. Sampai dikala ini masih banyak guru dalam pembelajaran hanya memberikan pengetahuan (transfer of knowledge) kepada anak didiknya saja. Sedangkan anak didik hanya mendapatkan apa yang disampaikan gurunya itu sendiri. Siswa diposisikan sebagai orang yang tidak tahu, yang hanya menunggu yang guru berikan. Hal ini cenderung menciptakan siswa pasif sehingga pelajaran menjadi membosankan, siswa kurang mandiri, tidak berani mengungkapkan pendapatnya, selalu meminta sumbangan guru, dan kurang gigih dalam penyelesaian permasalahan.
Selama ini kita melihat kenyataan bahwa matematika pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi anak dan salah satu pembelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian siswa. Kesulitan ini tidak hanya pada bahan saja akan tetapi juga mungkin disebabkan penggunaan metode mengajar yang kurang tepat. Untuk itu guru dalam mengajar matematika dituntut memakai metode yang sesuai. Selain keterlibatan siswa secara aktif dalam berfikir dan kemampuan memecahkan masalah yang merupakan tujuan dari pembelajaran matematika. Oleh lantaran itu guru matematika perlu menyebarkan banyak sekali metode pelajaran matematika, biar pelajaran matematika tidak lagi dipandang sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan.
Dalam kurikulum 2006 dituntut keaktifan siswa dalam belajar. Proses pembelajaran tidak didominasi oleh guru tetapi siswa ikut aktif didalamnya. Salah satu taktik pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif ialah pembelajaran yang memakai pendekatan konstruktivis. Pendekatan semacam ini memperlakukan siswa sebagai subjek yang aktif dalam proses pembelajaran.
Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Dalam pembelajaran kooperatif dikenal adanya beberapa macam tipe diantaranya tipe STAD (Student Team Achievement Division), tipe GI (Group Investigation), tipe Jigsaw, dan pendekatan struktural.
Didalam pembelajaran matematika banyak cara yang diperoleh dari pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif. Sebagai teladan dalam bahan sistem persamaan linear dua variabel, dimana nantinya siswa sanggup menyatakan permasalahan yang ada dalam bentuk soal kisah menjadi model matematika dan memilih penyelesaiannya. Sehingga siswa menemukan sendiri hasil selesai yang diperoleh sebagai tanggapan selesai dari permasalahan tersebut.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Skripsi "Efektifitas Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Pokok Bahasan Statistika". Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Program Studi Matematika. Pendidikan memegang peranan penting dalam mewujudkan sumber daya insan (SDM) yang berkualitas. Untuk mewujudkan SDM yang berkualitas maka tidak terlepas dari pendidikan, yang di dalamnya terdapat suatu sistem pembelajaran.
Pembelajaran ialah proses interaksi baik antara insan dengan insan ataupun antara insan dengan lingkungan. Proses interaksi ini diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Misalnya yang bekerjasama dengan tujuan perkembangan kognitif, afektif atau psikomotor yang kaitannya dengan meningkatkan aspek pengetahuan.
Dalam periode global kini ini dimana perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju, sebagai warga Indonesia dihentikan ketinggalan zaman dengan datangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Matematika merupakan ilmu yang sangat luas sekali dan bisa dipakai diberbagai bidang, menyerupai di bidang teknologi gosip dan komunikasi.
Matematika diperkenalkan dan diajarkan semenjak di kursi SD (Sekolah Dasar), SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan Sekolah Menengan Atas (Sekolah Menengah Atas). Sedangkan untuk memperdalaminya mengenai matematika harus menempuhnya di kursi kuliah. Dengan mempelajari matematika diperlukan sanggup berfikir secara logis, analitis, dan sistematis sehingga dibutuhkan latihan yang konsisten dan efektif untuk memenuhi hal tersebut.
Siswa menganggap bahwa matematika sulit dipahami alasannya ialah banyak memakai rumus-rumus, ditambah lagi alasannya ialah pendekatan yang dilakukan guru matematika tidak sesuai dengan karakteristik bahan yang disampaikan, sehingga membuat mereka tidak mengerti dengan bahan tersebut. Maka dari itu sebagai guru matematika semoga siswa tertarik dan bahagia dengan pelajaran matematika, sebagai guru hendaknya memakai suatu strategi/pendekatan selama acara pembelajaran berlangsung, asalkan penggunaan strategi/ pendekatan ini diubahsuaikan dengan bahan yang akan diajarkan kepada siswa.
Terkadang apabila siswa mengalami kesulitan dalam bahan pelajaran, kebanyakan dari mereka aib untuk bertanya kepada gurunya, atau waktu pelajaran sudah habis, dan lain sebagainya. Maka dari itu biasanya siswa akan bertanya kepada sobat yang dianggap bisa untuk mengatasi dilema bahan pelajaran yang dimaksud. Dari dilema inilah, seorang guru dalam acara berguru mengajar di kelas bisa memakai model pembelajaran kooperatif. Menurut Trianto (2007: 41) pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih gampang menemukan dan memahami konsep yang sulit jikalau mereka saling berdiskusi dengan temannya.
Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang secara sadar dan sengaja membuat interaksi yang saling menyayangi antar sesama siswa (Nurhadi, 2003 : 60). Dalam pembentukan kelas kooperatif ini, siswa berguru dengan sobat kelompoknya yang heterogen, dari segi kemampuan, jenis kelamin, suku/ ras yang berbeda. Antar sobat kelompok saling membantu sehingga bahan yang dipelajari akan tuntas dan setiap anggota dalam kelompok memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya.
Di dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi dari model ini, antara lain tipe jigsaw. Model pembelajararan kooperatif tipe jigsaw siswa ikut aktif dalam acara berguru mengajar, alasannya ialah dalam tipe jigsaw ini setiap anggota dalam kelompoknya memiliki tanggung jawab masing - masing, mereka sehabis dibuat menjadi kelompok asal, kemudian dibentuklah kelompok andal untuk mempelajari suatu bahan pelajaran yang telah dibagikan oleh gurunya.
Setelah kelompok andal membahas bahan pelajaran mereka kembali ke kelompok asal untuk menjelaskan kembali kepada anggota kelompok mengenai bahan yang telah dipelajari di kelompok ahli. Setelah itu guru menawarkan kuis kepada masing - masing siswa untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa mengenai bahan yang telah dipelajari.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Contoh skripsi "perbandingan hasil berguru siswa yang diajar memakai taktik think-talk-write (ttw) dengan diajar memakai taktik pembelajaran ekspositori pada bahan pokok garis singgung lingkaran" Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Berbagai macam taktik pembelajaran yang salah satunya ialah taktik Think-Talk-Write (TTW). Strategi ini diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin (1996: 82) intinya dibangun melalui melalui berfikir, berbicara dan menulis. Alur kemajuan taktik Think-Talk-Write (TTW) dimulai dari keterlibatan siswa dalam berfikir atau berdialog dengan dirinya sendiri sehabis proses membaca, selanjutnya berbicara dan membagi wangsit (sharing) dengan temannya sebelum menulis(Martinis Yamin 2009 : 13).
Selain itu pembelajaran dengan taktik Think-Talk-Write (TTW) sanggup melatih siswa untuk menuliskan hasil diskusinya ke bentuk goresan pena secara sistematis sehingga siswa akan lebih memahami bahan dan membantu siswa untuk mengkomunikasikan ide-idenya dalam bentuk tulisan.
Selain taktik Think-Talk-Write (TTW) terdapat pula taktik pembelajaran ekspositori yang mungkin sudah biasa diterapkan oleh guru-guru dalam proses pembelajaran khususnya pada pelajaran matematika, dengan taktik ini guru dituntut untuk menceritakan apa yang akan disampaikan pada siswa sedetil-detilnya. Sehingga siswa sanggup memahami apa yang disampaikan guru secara menyeluruh.
Roy Killen (1998) menamakan taktik ekspositori dengan istilah taktik pembelajaran pribadi (direct instruction), alasannya ialah dalam taktik strategi ini bahan pelajaran disampaikan pribadi oleh guru. Siswa tidak dituntut untuk menemukan bahan itu. Materi pelajaran seakan akan-sudah jadi. Oleh alasannya ialah taktik ekspositori lebih menekankan pada proses bertutur, maka sering juga dinamakan istilah taktik “chalk and talk”(Sanjaya Wina, 2006:179). Satu hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan suatu model pembelajaran harus diubahsuaikan dengan bahan yang akan disampaikan oleh seorang guru.
Ada beberapa bahan pada pembelajaran matematika yang sesuai dengan penggunaan taktik Think-Talk-Write (TTW) dan taktik pembelajaran ekspositori salah satunya ialah bahan Garis Singgung Lingkaran yang konsepnya begitu kompleks sehingga siswa kadang kesulitan untuk mempelajari, memahaminya dan mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan memakai taktik Think-Talk-Write (TTW) atau dengan taktik pembelajaran ekspositori sanggup membantu siswa dalam mendapat pemahaman yang besar lengan berkuasa pada bahan garis singggung lingkaran, terutama pada bahan garis singgung bulat yang soalnya bersifat kontesktual.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Contoh skripsi "peningkatan hasil berguru siswa melalui metode talking stick pada bahan pokok sistem persamaan linear". Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Pada awal mulanya matematika dipandang sebagai suatu pelajaran yang sulit dalam dunia pendidikan, namun intinya matematika sangat erat hubungannya dengan kehidupan sehari -hari, sebagaimana yang dikemukakan oleh Turmudi (2010: 2) bahwa : “Dari pandangan yang semula matematika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang ketat dan terstruktur secara rapi kepandangan bahwa matematika ialah acara kehidupan manusia”.
Hal ini kuat terhadap cara memperolehnya, yaitu dari penyampaian rumus–rumus, definisi, aturan, hukum, konsep, prosedur, dan algoritma, menjadi penyampaian konsep–konsep matematika melalui konteks yang bermakna dan mempunyai kegunaan bagi siswa maupun bagi kehidupan pada umumnya.
Menurut Sukmadinata (2011: 24) “Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara penerima didik dengan para pendidik serta banyak sekali sumber pendidikan”. Oleh lantaran itu dalam pendidikan, yang sangat kuat ialah guru, lantaran guru mempunyai peranan untuk membuatkan kreatifitas berfikir yang sanggup meningkatkan kemampuan berfikir siswa, serta sanggup meningkatkan kemampuan mengkontruksi pengetahuan gres sebagai peningkatkan penguasaan yang baik terhadap bahan pembelajaran.
Oleh lantaran itu guru harus memahami hakikat bahan pelajaran yang di ajarkannya sebagai suatu pelajaran yang sanggup membuatkan kemampuan berfikir siswa dan memahami banyak sekali metode pembelajaran yang sanggup merangsang kemampuan siswa untuk berguru dengan perencanaan pengajaran yang matang oleh guru.
Berdasarkan pengamatan yang sudah didapat peneliti terhadap proses pembelajaran di Sekolah Menengan Atas Negeri 3 Pamekasan, proses berguru mengajar di kelas masih kurang variatif. Guru lebih sering memakai metode konvensional atau hanya memakai metode tertentu, salah satunya memakai metode ceramah namun siswa kurang berperan aktif. Sesekali pernah diadakan metode diskusi untuk meningkatkan keaktifan berguru siswa namun mereka kurang serius dan tidak semua siswa berperan pada ketika kegiatan diskusi.
Situasi ini terlihat dari kondisi siswa di dalam kelas pada ketika proses kegiatan berguru mengajar (KBM), 70% siswa mengabaikan pelajaran ketika proses KBM berlangsung diantaranya siswa lebih suka berbicara dan bercanda dengan sahabat yang berada di bersahabat mereka. Semua itu disebabkan oleh kejenuhan siswa dan kekurang mengertian siswa terhadap bahan pelajaran yang berlangsung, khususnya pelajaran matematika. Untuk mengatasi kejenuhan tersebut, peneliti mencoba menerapkan metode Talking Stick.
Metode Talking Stick sanggup mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat. Dalam Talking Stick, guru tidak menerangkan/menjelaskan suatu bahan namum siswa diminta untuk mempelajari sendiri suatu bahan dengan waktu yang ditetapkan oleh guru. Kemudian guru menciptakan sebuah permainan, dimana dalam permainan itu ada pertanyaan yang diwajibkan siswa menjawab pertanyaan itu. Maka dari itu siswa harus sudah siap dengan bahan tersebut.
Berdasarkan wawancara dengan guru matematika kelas X di Sekolah Menengan Atas Negeri 3 Pamekasan, diperoleh gosip bahwa siswa kelas X IPA 3 mengalami kesulitan pada bahan Sistem Persaman Linear khususnya pada submateri Penyelesaian Sistem Persamaan Linear. Pada bahan Sistem Persamaan linear ini 23 siswa dari 38 siswa memperoleh nilai kurang dari 70, baik dari nilai kiprah sehari-hari maupun nilai ulangan. Maka dari itu peneliti tertarik untuk mengambil bahan Sistem Persamaan Linear dalam penelitian.
Catatan: File ini semata-mata saya dapatkan dari teman-teman kuliah, Jika anda merasa pemilik file ini, silahkan hubungi kami melalui kontak yang tersedia!!!
Skripsi "pengaruh taktik berguru peta konsep (concept mapping) terhadap prestasi berguru matematika pada pokok bahasan kekerabatan dan fungsi kelas" Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.
Matematika merupakan salah satu ilmu dasar yang berperan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan tegnologi. Matematika yaitu suatu ilmu yang berkenaan dengan ide-ide atau konsep ajaib yang diberi simbol-simbol dan tersususn secara hierarkis serta penalarannya memakai taktik deduktif (Ratumanan, 2002 : 3). Dalam berguru matematika penerima didik dituntut melaksanakan kegiatan mental yang tinggi dan dituntut untuk aktif supaya proses berguru mengajar sanggup tercapai secara maksimal.
Selama ini kita melihat kenyataan bahwa matematika pada umumnya merupakan mata pelajaran yang tidak disenangi anak dan salah satu pembelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian siswa. Kesulitan ini tidak hanya disebabkan yang dianggap sulit oleh siswa akan tetapi juga mungkin disebabkan penggunaan taktik mengajar yang kurang tepat. Dalam proses pembelajaran matematika guru lebih banyak menerapkan pembelajaran konvensional. Menurut Sudjana (2004) pembelajaran konvensional yaitu suatu pembelajaran yang dilakukan oleh guru, pembelajaran ini bersifat umum, yaitu dengan cara memperlihatkan gosip wacana bahan suatu mata pelajaran yang diikuti dengan tanya jawab dan derma tugas.
Putrayasa (dalam Rasana, 2009) menyatakan, penerapan pembelajaran konvensional ditandai dengan penyajian pengalaman yang ada kaitannya dengan konsep yang akan dipelajari, dilanjutkan dengan derma gosip oleh guru, tanya jawab, derma kiprah oleh guru, pelaksanaan kiprah oleh siswa hingga padaakhirnya guru merasa bahwa apa yang telah diajarkan sanggup dimengerti oleh siswa. Menurut Burrownes (dalam Santyasa, 2005), pembelajaran konvensional didasarkan atas perkiraan bahwa pengetahuan sanggup dipindahkan secara utuh dari pikiran guru ke pikiran siswa. Dari pengertian tersebut sanggup dikatakan bahwa pembelajaran konvensional merupakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centered), guru sebagai sumber informasi, sehingga kegiatan siswa dalam pembelajaran kurang optimal. Siswa tidak dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.
Faktanya ketika proses pembelajaran berlangsung, siswa senantiasa menjadi pendengar setia kurang ada respon dari siswa. Jika hal tersebut tidak dicari pemecahannya maka akan menjadikan rasa bosan bagi siswa untuk mengikuti pembelajaran matematika dan menjadikan rendahnya prestasi berguru matematika siswa.
Kondisi fisik MTs Mitahul Ulum sudah memenuhi syarat dan layak sebagai forum pendidikan, sarana dan prasarananya sudah mumpuni walaupun tidak selengkap di sekolah-sekolh Negeri pada umumnya. Pada ketika pembelajaran guru masih memakai model pembelajaran yang dalam Implementasinya guru memberikan bahan pokok bahasan dan siswa mendengarkan serta menulis apa yang telah disampaikan oleh guru. Secara teoritis pembelajaran ibarat ini kurang menciptakan siswa aktif sehingga siswa terkadang berbicara sendiri dan tidak mendengarkan pada ketika guru menyampikan bahan pelajaran. Oleh alasannya yaitu itu prestasi berguru siswa kurang optimal.
Berdasarkan permasalahan tersebut perlu diupayakan penemuan dalam pembelajaran matematika, contohnya dengan menerapkan taktik pembelajaran yang lebih inovatif. Salah satu taktik pembelajaran yang sanggup diterapkan yaitu taktik pembelajaran concept mapping tipe pohon jaringan (network tree). Martin (dalam Trianto, 2009) menyebutkan, taktik concept mapping yaitu ilustrasi grafis nyata yang menghubungkan sebuah konsep tunggal dengan konsep-konsep lain yang berkaitan. Menurut Suparno (2011) taktik pembelajaran concept mapping atau peta konsep yaitu suatu taktik pembelajaran untuk memperlihatkan konsep-konsep dan proposisi-proposisi suatu materi.
Dengan menciptakan sendiri peta konsep siswa sanggup melihat bidang bahan didik itu lebih jelas, dan mempelajarinya lebih bermakna.Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, sanggup dikatakan bahwa taktik pembelajaran concept mapping yaitu ilustrasi grafis nyata yang menggambarkan korelasi sebuah konsep dengan konsep lainnya pada kategori yang sama dengan tujuan memperjelas bahan yang diajarkan dan mempelajari bahan tersebut lebih bermakna.
Skripsi Perbandingan Belajar Siswa. Perbandingan prestasi mencar ilmu siswa antara yang diajar memakai taktik pembelajaran think talk write (ttw) dengan taktik pembelajaran ekspositori pada pokok bahasan faktorisasi bentuk aljabar. Dalam file skripsi ini terdiri dari: Bab I hingga potongan VI, validitas, lembar kerja siswa, rujukan soal, kisi-kisi soal, hasil tes, dan masih banyak lagi.
Belajar merupakan suatu proses yang kompleks yang terjadi pada setiap orang. Proses mencar ilmu biasanya ditandai dengan adanya perubahan tingkah laris pada diri orang itu. Belajar sanggup dilakukan dimana saja dan kapan saja, proses mencar ilmu yang diselenggarakan secara formal biasanya dilakukan disekolah. Di sekolah interaksi antara guru, siswa dan lingkungan sekolah juga sanggup menentukan keberhasilan dalam proses belajar.
Itulah sebabnya kegiatan guru dalam proses pembelajaran harus sanggup membuat proses mencar ilmu mengajar yang berdaya guna, salah satunya yakni kegiatan dalam merencanakan proses mencar ilmu mengajar menyerupai menetapkan metode yang sempurna dalam proses mencar ilmu mengajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Dimyati dan Moejiono (1994:3) yang menyampaikan bahwa metode mengajar yakni alat untuk mencapai tujuan. Hal ini tidak lepas dari pentingnya seorang guru sebagai tenaga pendidik dalam menentukan metode mengajar yang sesuai dan penggunaannya harus diubahsuaikan dengan materi yang akan disampaikan, sehingga penggunaannya sanggup dikatakan efektif dan efisien dalam upaya tercapainya tujuan pembelajaran.
Matematika sebagai salah satu pembelajaran yang dianggap sulit bagi sebagian siswa. Kesulitan ini tidak hanya pada materi yang diterima siswa tetapi mungkin penggunaan metode mengajar yang kurang tepat. Untuk itu guru dalam mengajar matematika dituntut untuk memakai metode yang dirasa sempurna atau sesuai. Di samping itu keterlibatan siswa secara aktif dalam berfikir atau kemampuan memecahkan duduk perkara yang merupakan tujuan dari pembelajaran.
Keberhasilan proses mencar ilmu mengajar sangat ditentukan oleh taktik pembelajaran yang dipilih oleh seorang guru. Oleh alasannya yakni itu, seorang guru harus menguasai banyak sekali taktik pembelajaran dengan baik. Motif dan gairah mencar ilmu pada penerima didik harus selalu sanggup dibangkitkan, dipupuk dan dikembangkan. Sehingga, dalam mencar ilmu penerima didik tidak jenuh dan sanggup mencicipi pentingnya materi yang disampaikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam proses mencar ilmu mengajar matematika. Di antaranya yakni tujuan, materi pelajaran, taktik pembelajaran, metode pembelajaran, media dan penilaian (Sanjaya, 2006: 58). Dari beberapa komponen tersebut, ada satu komponen yang sangat menentukan dalam proses mencar ilmu mengajar yaitu metode atau taktik pembelajaran.
Penggunaan taktik yang baik dan benar akan besar lengan berkuasa baik terhadap proses mencar ilmu mengajar dan kemampuan penerima didik dalam memahami mata pelajaran khususnya matematika sehingga memungkinkan tercapainya prestasi mencar ilmu yang gemilang bagi pesereta didik.
Salah satu taktik penbelajaran yang dipakai di sekolah yakni taktik pembelajaran Think-Talk-Write (TTW). Strategi pembelajaran Think-Talk-Write (TTW) memotivasi siswa dalam kegiatan berpikir, berbicara, dan menuliskan materi yang ia pelajari dengan bahasa yang ia konstruk sendiri. Aktivitas berpikir sanggup dilihat dari kegiatan membaca. Wiederhold (dalam Yamin dan Antasari, 2009: 84) menyatakan bahwa kemampuan membaca, dan membaca secara komprehensif (reading comprehension) secara umum dianggap berpikir, mencakup membaca baris-demi baris (reading the lines) atau membaca yang penting saja (reading between the lines).
Fase berkomunikasi (talk) pada taktik ini memungkinkan siswa untuk terampil berbicara. Dan fase yang terakhir yakni ”write”, siswa menuliskan hasil dari bacaan dan diskusi sebelumnya. Aktivitas menulis berarti mengkonstruksi ide, lantaran sesudah berdiskusi atau berdialog antar teman dan kemudian mengungkapkannya melalui goresan pena (Yamin dan Antasari, 2009: 84).
Selain TTW, taktik pembelajaran yang biasa dilakukan oleh yakni taktik ekspositori. Strategi pembelajaran ekspositori yakni taktik pembelajaran yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud biar siswa sanggup menguasai materi pelajaran secara optimal (Sanjaya, 2009:179).
Keunggulan dalam pembelajaran ekspositori guru sanggup mengontrol urutan dan keluasan materi pembelajaran, pembelajaran ini juga dianggap paling efektif apabila materi yang harus dikuasai cukup luas, dalam pembelajaran ini siswa selain sanggup mendengar melalui penutur wacana materi juga sekaligus sanggup melihat/observasi dan taktik pembelajaran ekspositori sanggup dipakai dalam jumlah siswa besar dan ukuran kelas besar.
Dalam mata pelajaran Matematika, pokok bahasan faktorisasi bentuk aljabar merupakan bahasan terapan yang sangat bermanfaat dalam mengolah dan menyajikan suatu isu atau data. Penggunaannya dalam kehidupan sehari-hari menarik untuk diperluas lagi dengan memahamkan kepada siswa. Siswa sanggup mengaitkannya dengan kehidupan mereka di dalam maupun di luar kelas, sehingga taktik Think-Talk-Write (TTW) sanggup diterapkan dalam pokok bahasan ini.
Skripsi Student Facilitator and Explaining. Skripsi perbandingan hasil berguru siswa yang diajar dengan memakai metode pembelajaran student facilitator and explaining (SFAE) dengan metode ceramah pada bahan pokok bahasan statistika.
Cuplikan. Matematika merupakan ilmu wacana bagaimana memilih ukuran-ukuran, bentuk-bentuk, struktur-struktur, pola maupun lingkungan objek-objek maupun fenomena di alam semesta, serta pikiran sehat logis yang pengembangannya menurut pola pikir deduktif. Dengan kata lain, matematika yaitu ilmu wacana segala sesuatu yang terkait dengan pengukuran (termasuk kalkulasi), bentuk-bentuk, pola-pola, dan struktur-struktur, serta pikiran sehat logis yang dikembangkan secara deduktif (Arifin, 2010:10-11).
Dalam berguru matematika, para siswa dibiasakan untuk memperoleh pemahaman melalui pengalaman wacana sifat-sifat yang dimiliki dan yang tidak dimiliki dari sekumpulan objek (abstraksi). Dengan pengamatan terhadap contoh-contoh diharapkan siswa bisa menangkap pengertian suatu konsep selanjutnya dengan abstraksi ini, siswa dilatih untuk menciptakan perkiraan, terkaan, atau kecenderungan menurut kepada pengalaman atau pengetahuan yang dikembangkan melalui contoh-contoh khusus (generalisasi).
Di dalam proses penalarannya dikembangkan pola pikir induktif maupun deduktif. Namun tentu kesemuanya itu harus diadaptasi dengan perkembangan kemampuan siswa, sehingga pada jadinya akan sangat membantu kelancaran proses pembelajaran matematika di sekolah (Suherman, 2003: 57).
Untuk mencapai hasil berguru yang optimal diharapkan keaktifan siswa. Jadi, diharapkan metode pembelajaran secara khusus melibatkan siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran. Metode pembelajaran student facilitator and explaining (SFaE) merupakan metode pembelajaran dimana siswa mempresentasikan wangsit / pendapat kepada siswa lainnya.
Metode pembelajaran ini efektif melatih siswa berbicara untuk memberikan wangsit / gagasan atau pendapatnya sendiri, sanggup mengeluarkan ide-ide yang ada di fikirannya sehingga lebih gampang memahami materi. Metode pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang bahan pembelajaran yang akan diperesentasikan.
Skripsi Analisis Kesalahan Siswa Menyelesaikan Soal. Adapun kesulitan siswa mamahami pelajaran matematika terlihat dari prestasi berguru siswa yang kurang memuaskan, sehingga respon terhadap matematika sangat kurang. Penyebab kesuliatan siswa dalam memahami matematika disebabkan lantaran siswa enggan untuk berguru dan berlatih mengerjakan soal yang sudah diberikan oleh seorang guru. Guru harus peka terhadap kondisi siswa yang demikian, maka guru harus menawarkan motivasi kepada siswa, sehingga siswa yakin bahwa matematika merupakan pelajaran yang tidak angker dan tidak sukar untuk dipelajari oleh siswa.
Dengan demikian sanggup diuraikan bahwa rendahnya matematika yang kurang baik, bukan semata-mata lantaran ketidakberdayaan dan ketidakmampuan siswa dalam mendapatkan dan memahami matematika tetapi kemungkinan hal ini terjadi sistem, metode penyampaian pengajaran yang kurang sesuai dengan pelajaran matematika, sehingga menimbulkan siswa kesulitan dalam mengerjakan soal-soal matematika sub pokok trigonometri maka untuk menghindari persoalan tersebut melalui langkah-langkah dan proses tersendiri perlu dilakukan oleh siswa dalam megerjakan sebuah soal matematika yakni dilakukan secara bertahap.
Tahap pertama diawali dengan menganalisa apa yang dilakukan yang ditanyakan, mencari rumus-rumus dalam matematika yang sesuai dengan permasalahan, kemudian yang terakhir sesudah diselesaikan secara matematis maka dikembangkan lagi pada permasalahan semula. Adapun kemampuan dalam menuntaskan soal-soal matemaika yakni sanggup dilihat dari kemampuan siswa menuntaskan setiap tahap penyelesaian.
Tetapi masih banyak siswa yang mengerjakan semuanya sering terjadi kesalahan dalam setiap langkah penyelesaian, kesalahan siswa tidak harus dari segi kebetulan saja tatapi sering kali kesalahan yang sama terjadi terus menerus dari tingkat dasar hingga tingkat yang lebih tinggi. Berdasarkan fenomina yang ada dilapangan masih banyak seorang guru yang belum memanfaatkan tes atau tugas-tugas yang diberikan kepada siswa umumya guru menulis balasan benar dan salah. Bahkan dalam metode berguru matematika masih banyak yang sesuai sehingga menimbulkan ketidak mampuan siswa dalam mengejakan soal-soal.
Skripsi Kooperatif Tipe Teams Games Tournament. Skripsi ini lengkap dengan dengan semua contoh dokumen yang harus diselesaikan dalam penyusunan skripsi. ibarat RPP, LKS, kisi-kisi soal, lembar tes, nilai raport siswa, lembar observasi, angket, analisis data (validitas, reabilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran),
Manual; Sumber daya insan memerlukan Pendidikan sebagai salah satu alat pemberdayaan, dimana pendidikan tersebut memegang peranan penting dalam mewujudkan sumber daya insan yang berkualitas.
Salah satu cara untuk meningkatkan sumber daya insan yang berkualitas adalah dengan melalui pendidikan formal ibarat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA. Melalui penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas diharapkan akan bisa mencapai arah dan tujuan Pendidikan Nasional. Seperti yang telah tersirat dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 wacana sistem pendidikan nasional, bahwa pendidikan diartikan sebagai perjuangan sadar dan berkala untuk mewujudkan suasana mencar ilmu dan proses pembelajaran semoga penerima didik secara aktif membuatkan potensi dirinya untuk mempunyai kekuatan keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, budbahasa mulia, serta keterampilan yang diharapkan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Pendidikan nasional bertujuan membuatkan potensi penerima didik semoga menjadi insan yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, berdikari dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (dalam Sugiono;2008:22). Oleh lantaran itu, diharapkan rumusan kecerdikan yang pokok sehingga sanggup dijadikan pola oleh pendidik dalam mengemban kiprah sebagai guru. Salah satu rumusan kecerdikan tersebut yaitu kurikulum. Kurikulum yaitu seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi dasar, bahan standard, dan hasil belajar, serta cara yang dipakai sebagai pedoman penyelenggaraan aktivitas pembelajaran untuk mencapai kompetensi dasar dan tujuan pendidikan.
Kurikulum yang diterapkan di Indonesia ketika ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) sangat dituntut keaktifan siswa dalam belajar, proses pembelajaran tidak hanya didominasi oleh pendidik tetapi siswa ikut aktif dalam proses pembelajaran tersebut. Oleh alasannya yaitu itu, guru dituntut menjadi seorang pengajar profesional yang mempunyai kemampuan (skiil) serta bisa menerapkan model pembelajaran atau pendekatan pembelajaran yang sempurna sesuai dengan bahan yang akan diajarkan. Hal ini bertujuan untuk mencapai hasil mencar ilmu yang optimal dan sanggup meningkatkan motivasi pada diri siswa. Selain itu juga dimaksudkan untuk membuat suasana mencar ilmu yang menyenangkan sehingga siswa tidak merasa jenuh dan semakin aktif dalam proses belajar.
Salah satu pembelajaran yang sanggup meningkatkan keaktifan dan pemahaman siswa yaitu pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif yaitu solusi ideal terhadap duduk kasus penyediaan kesempatan berinteraksi secara kooperatif dan tidak dangkal kepada siswa dari latar belakang etnik yang berbeda (Slavin , 2008:103).
Model Pembelajaran Kooperatif memasukkan tujuan-tujuan kelompok dan tanggung jawab individual mengatakan efek positif yang konkret pada hasil mencar ilmu siswa, di samping itu pembelajaran kooperatif mempunyai dampak yang positif juga terhadap siswa yang rendah hasil belajarnya, manfaat pembelajaran kooperatif untuk siswa dengan mencar ilmu rendah antara lain meningkatkan motivasi dan meningkatkan hasil belajar. (Slavin , 2008:104).
Dalam pembelajaran kooperatif ada beberapa tipe, diantaranya yaitu TGT (Team Game Tournament). Pembelajaran kooperatif tipe TGT menekankan pada kompetisi kegiatan, aktivitas tersebut ibarat STAD, tetapi kompetisi pada TGT dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan antara anggota tim dalam suatu bentuk tournament.
Menurut De Varies Dan Slavin (dalam Ratumanan, 2002:115) menyatakan bahwa dalam pendekatan TGT ini merupakan cara efektif yang sanggup merubah pola diskusi dalam kelas dan menuntaskan masalah/memecahkan duduk kasus yang diberikan oleh guru. Siswa akan bertemu satu ahad satu kali pada meja tournament dengan dua rekan dari kelompok lain sebagai ganti tes tertulis untuk membandingkan kemampuan kelompoknya dengan kelompok lain. Model pembelajaran tipe TGT memotivasi siswa untuk berfikir serta bisa membantu satu sama lain. Dengan demikian siswa sanggup memecahkan duduk kasus serta sanggup memahami bahan yang telah dijelaskan oleh guru.
Skripsi Peningkatan Hasil Belajar Matematika Dalam Mengenal Pecahan Sederhana Melalui Penggunaan Media Gambar. Dalam file ini terdapat banyak sekali sarana pendukung menyerupai jurnal pembimbing, tes soal, dan lainnya. Kegiatan belajar mengajar bidang studi matematika dianggap berhasil apabila antara guru dengan siswa terjadi interaksi yang baik dan aktif, yaitu interaksi antara siswa dengan guru, dan interaksi siswa.
Apapun metode yang diterapkan guru dalam proses pembelajaran, ia berharap semoga siswa selalu aktif dalam proses mencar ilmu mengajar, mereka berani mengungkapkan pendapatnya sendiri, baik dalam hal pelajaran yang belum dikuasainya, atau pendapat perihal konsep yang akan dipelajarinya, bahkan jikalau memungkinkan siswa diberi kesempatan untuk menemukan sendiri perihal konsep, bahan yang akan dibahas, baik melalui diskusi sesama siswa atau dengan jalan menemukan sendiri dengan mengejakan latihan soal-soal yang ada pada Lembar Kerja Siswa, yang pada alhasil siswa sanggup menarik kesimpulan sendiri dari apa yang didapatkan dalam proses pembelajaran yang telah dilaksanakan tersebut.
Kegiatan mencar ilmu mengajar sebagaimana dipaparkan di atas sangatlah ideal kalu diterapkan dalam kelas pembelajaran terutama pembelajaran matematika. Hal ini tersebut tidak berlaku di kelas III SDN Terrak II Kecamatan Tlanakan Kabupaten Pamekasan, alasannya yakni pembelajaran matematika yang telah dilaksanakan, khususnya pada pokok bahasan mengenal penggalan sederhana. Ketika diterangkan perihal bagaimana memilih penggalan sederhana.
Ketika diterangkan perihal bagaimana memilih penggalan sederhana, banyak siswa yang main sendiri dengan teman sebangku dikala diberi pertanyaan siswa hirau tak hirau terhadap pertanyaan yang diberikan, dan yang sangat mengecewakan yakni rendahnya hasil mencar ilmu siswa. Hal ini sanggup dilihat dari hasil penilaian pembelajaran yang dilakukan, yang mencapai ketuntasan mencar ilmu hanya 6 orang (30%) dari 20 siswa yang ada.
Kenyataan diatas menciptakan peneliti ingin mengetahui inti permasalahan dan menuntaskan secepatnya. Dengan meminta santunan teman sejawat untuk ikut serta mengidentifikasi beberapa permasalahan dan kekurangan atas bahan pelajaran yang telah disampaikan pada siswa kelas III di SDN Terrak II tersebut di atas, alhasil diketahui beberapa permasalahan diantaranya :
Konsep bahan pelajaran yang disampaikan belum sepenuhnya dikuasai oleh siswa.
Kurangnya siswa dalam merespon bahan pelajaran yang disampaikan.
Masih rendahnya partisipasi siswa dalam pembelajaran.
Dan faktor penyebab dari dilema yang terjadi dalam proses pembelajaran yakni :
Penyampaian bahan pelajaran tidak bisa menarik perhatian siswa, sehingga siswa cenderung hirau tak hirau bicara sendiri.
Metode pembelajaran yang diterapkan kurang bisa mengaktifkan siswa.
Tidak digunakannya media gambar pada pembelajaran di kelas.
Proposal Penelitian Pembelajaran Aktif Explicit Instruction. Proposal ini sudah lengkap dengan lampiran-lampiran, ibarat latihan soal, lembar observasi aktifitas siswa, angket siswa, informasi acara, jadwal, kisi-kisi siklus, lampiran validator, lks siklus, rpp dan silabus.
Tujuan penelitian ini ialah : Untuk mengetahui penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Explicit Instruction terhadap peningkatan kegiatan berguru siswa, Untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Explicit Instruction terhadap peningkatan hasil berguru siswa, Untuk mengetahui penggunaan Metode Pembelajaran Aktif Explicit Instruction terhadap peningkatan hasil berguru siswa
Manfaat Penelitian
Manfaat yang sanggup diambil dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:
1. Bagi Siswa Dengan adanya Metode pembelajaran aktif Explicit Instruction dibutuhkan siswa sanggup bersemangat dalam berguru matematika serta bisa menyelelesaikan problem pembelajaran yang banyak terjadi di kelas dan hasil berguru siswa juga meningkat.
2. Bagi Guru Dengan adanya penelitian ini dibutuhkan sanggup memperlihatkan masukan yang sangat mempunyai kegunaan bagi guru terutama dalam pengelolaan/ pelaksanaan pembelajaran yang bervariasi sehingga sanggup meningkatkan hasil berguru siswa. Penelitian ini dilakukan, dibutuhkan akan diperoleh manfaat sebagai berikut:
Peningkatan pengetahuan pengelolaan kelas.
Kepercayaan diri.
Peningkatan keterampilan.
Pemahaman terhadap banyak sekali model maupun metode pembelajaran.
Kemampuan mendeteksi perubahan akhir tindakan .
3. Bagi Sekolah Penelitian ini sanggup membuat kondisi berguru yang menyenangkan, meningkatkan kinerja guru dan kualitas output siswa, serta bernuansa pada peningkatan kualitas pendidikan .
4. Bagi Universitas Sebagai aksesori hasil penelitian mahasiswa Fakultas Keguruan Ilmu Pendidikan (FKIP) khususnya pada jurusan Pendidikan Matematika dan sebagai materi acuan untuk penelitian berikutnya. Silahkan download pada link berikut ini:
Proposal Penelitian Metode Kooperatif Tipe Teams Games Tournament. Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini yakni : Untuk mengetahui respon peserta didik terhadap model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) pada pokok bahasan Himpunan; dan Untuk mengetahui ketuntasan berguru akseptor didik dengan memakai model pembelajaran kooperatif tipe Teams-Games-Tournament (TGT) pada pokok bahasan Himpunan.
Penelitian ini sanggup memungkinkan untuk menunjukkan makna pada beberapa kalangan, antara lain :
1. Sekolah Hasil penelitian ini akan menunjukkan bantuan dalam upaya peningkatan sistem dan paradigma pembelajaran yang dijalankan, termasuk di dalamnya yang menyangkut metode berguru mengajar-khususnya pada bidang studi matematika-sebagai salah satu elemen penting dalam proses pendidikan.
2. Pendidik Bidang Studi Matematika Sebagai salah satu materi teladan dan menunjukkan alternatif dalam penggunaan metode berguru mengajar pada bidang studi matematika.
3. Universitas Menambah koleksi rujukan di lingkungan Universitas pada umumnya dan FKIP pada khususnya serta hasil penelitian ini sanggup dijadikan dasar pemikiran untuk melaksanakan penelitian berikutnya.
4. Peneliti Sebagai Calon Pendidik. Dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk memperluas wawasan wacana disiplin ilmu yang ditekuni serta sebagai bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.
Skripsi Penerapan Strategi Think-Talk-Writen (Ttw) Dengan Menggunakan Media Komputer Pada Pokok Bahasan Bilangan Bulat.
Skripsi ini sangat lengkap dengan pola lampiran yang diharapkan meliputi: sampul, potongan I hingga potongan VI, angket respon siswa, daftar nama siswa, instrumen penelitian, kisi angket kisi soal, lembar kerja siswa, lembar observasi aktifitas siswa, lampiran analisis data observasi siswa, RPP dan silabus TTW, tabel priduk momen, daftar pustaka
Langkah pembelajaran dengan Strategi TTW:
Guru menampilkan teks bacaan berupa Lembar Kerja Siswa yang memuat situasi duduk masalah bersifat open-ended dan petunjuk serta mekanisme pelaksaaannya.
Siswa membaca teks dari pawer poin dan menciptakan catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke lembaga diskusi (Think).
Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (Talk). Guru berperan sebagai perantara lingkungan belajar.
Siswa mengkontruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kerja sama (Write).
Langkah-langkah penggunaan media computer:
Seorang guru sebagai operator / server dengan satu komputer.
Setiap kelompok menduduki kelompoknya masing-masing yang telah ditentukan.
Setiap anggota dalam kelompok diberikan peranan masing-masing dalam menuntaskan masalah.
Guru menunjukkan klarifikasi ihwal penggunaan atau cara mengaplikasikan komputer.
Guru menunjukkan klarifikasi bahwa materi yang akan diterima siswa sudah berupa Power Point.
Guru menjelaskan materi Power Point satu-persatu yang telah dijadikan materi pelajaran.
Skripsi perbandingan hasil berguru siswa yang diajar dengan model pembelajaran contextual teaching and learning (ctl) dan model pembelajaran think pair share (tps) pada pokok bahasan faktorisasi suku aljabar.
skripsi ini komplit dengan lampiran sebagai berikut:
RPP aljabar
kisi-kisi soal
instrumen tes soal
dokumentasi penelitian
analisis validitas
analisis reabilitas
analisis tingkat kesukaan
analisis daya beda
tabel produk momen
tabel chi kwadrat
surat keterangan uji coba instrumen
surat keterangan penelitian
berita acara
Manfaat penelitian ini:
Bagi Kepala Sekolah; Hasil penelitian sanggup dijadikan sebagai materi pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas berguru mengajar khususnya pada bidang studi matematika.
Bagi Guru Bidang Studi Matematika; Hasil penelitian sanggup dijadikan sebagai alternatif dalam mengunakan model pembelajaran yang sanggup dipakai oleh guru pada bidang studi matematika.
Bagi Peneliti Sebagai Calon Guru; Hasil penelitian sanggup dijadikan sebagai salah satu media untuk memperluas wawasan perihal disiplin ilmu yang ditekuni serta sebagai bekal untuk terjun ke dunia pendidikan.
Bagi Universitas; Menambah koleksi acuan di lingkungan Universitas Madura pada umunya dan FKIP pada khususnya serta hasil penelitian ini dijadikan dasar pemikiran untuk melaksanakan penelitian berikutnya.